Teori Konseling Behavioristik Krumboltz
A.
Teori konseling behavioristik (John D. Krumboltz 1946)
Konseling behavioristik menurut Winkel (1991: 397)
berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia yang sebagian
bersifat falsafa dan sebagian lagi bersifat psikologis yaitu:
1. Manusia mempunyai potensi untuk
bertingkah laku baik buruk, tepat atau salah. Itulah yang merupakan cirri khas
pada kepribadian.
2. Manusia mampu untuk mengatur dan
mengontrol perilakunya sendiri.
3. Manusia mampu untuk memperoleh dan
membentuk sendiri, menangkap apa yang dilakukannya.
4. Manusia dapat empengaruhi perilaku
orang lain dan dirinya dapat dipengaruhi oleh perilaku orang lain.
Atas
dasar diatas konselor harus dapat mengarahkan perilaku-perilaku klien.
1. Konsep pokok
Hal yang mendasar dalam konseling
behavior adalah prinsip penguatan sebagai suatu kreasi dalam upaya memperkuat
atau memdukung suatu perilaku yang dikehendaki. Jadi perubahan tingkah laku
seseorang diperoleh karena adanya belajar dan yang terpenting dalam belajar
menurut teori conditioning adalah adanya latihan-latihan yang kontineu
2. Proses konseling
Menurut Krumboltz dan Thoresan,
konseling behavior merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar
memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu. Menurut
Krumbolt dalam konseling pemahaman itu diperlukan akan tetapi tidak mutlak
karena yang penting adalah klien harus belajar untuk menyelesaikan kesulitannya
dan pemahaman hanya diperlukan pada saat membentuk pengalaman belajar.
3. Teknik teori
Konseling behavioris ini digunakan
John D. Krumboltz untuk mengubah prilaku klien supaya dapat memecahkan
masalahnya dengan cara memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar.
Karena krumboltz memandang bahwa prilaku klien merupakan hasil dari belajar.
Dalam teori konseling ini menggunakan empat pendekatan:
a. Pendekatan operant lerning. Hal yang
penting adalah penguatan yang dapat menghasilkan perilaku klien yang
dikehendaki.
b. Metode unitatif lerning atau sosial
modeling. Diterapkan oleh konselor dengan merancang suatu perilaku adaptif yang
dapat dijadikan model oleh klien. Seperti video, film, orang atau biografi.
c. Metode kognetif learning merupakan
metode yang berupa pengajaran secara verbal, kontrak antara konselor dan klien.
d. Metode emotional learning.
Diterapkan pada individu yang mengalami suatu kecemasan.
Dengan menggunakan teori behavioristik diharapkan konselor
mampu membantu klien dalam melakukan perubahan tingkah laku yang mungkin
apabila tingkah laku tersebut tidak di ubah, masalah-masalah yang dihadapi
klien tidak akan terselesaikan. Krumboltz et al. juga memberikan beberapa
observasi untuk konseling karir sebagai berikut:
1. Pembuatan keputusan karir merupakan
keterampilan yang dipelajari.
2. Individu yang mengaku telah
melakukan pilihan karir memerlukan bantuan juga (pilihan karirnya mungkin telah
dilakukan berdasarkan informasi yang tidak akurat dan alternative yang keliru).
3. Keberhasilan diukur berdasarkan
keterampilan yang telah ditunjukkan mahasiswa dalam membuat keputusan
(diperlukan evaluasi terhadap keterampilan membuat keputusan).
4. Klien berasal dari berbagai macam
kelompok.
5. Klien tidak usah merasa bersalah
jika mereka tidak yakin tentang karir apa yang harus dimasukinya.
6. Tidak ada satu okupasi yang dapat
dipandang tepat untuk semua orang.
B.
Teori Pengambilan Keputusan Behavioral (Krumboltz)
Pada tahun 1979 teori Krumboltz, berdasarkan teori
pembelajaran sosial Albert Bandura (1977), diperkenalkan. Meskipun ide Bandura
mengenai perolehan perilaku telah berubah sampai pada beberapa tingkat tertentu
(contoh, Bandura, 1986), Krumboltz tidak membuat perubahan yang berarti dalam
teorinya. perbedaan antara teori-teori yang berasal dari teori pembelajaran dan
teori kepribadian-dan-faktor adalah teori tersebut tidak begitu memperhatikan
peran kepribadian, seperti minat dan nilai-nilai, dalam proses pengambilan
keputusan karir. tetapi lebih memfokuskan pada proses pembelajaran yang
mengarahkan pada keyakinan dan minat diri serta bagaimana hal ini mempengaruhi
proses pengambilan keputusan karir.
Teori ini bermaksud menjawab pertanyaan mengapa orang
memasuki lapangan pekerjaan tertentu, mengapa pada tahap tertentu perkembangan
orang tertentu. Munculnya teori ini berasal dari teori belajar social umum yang
tokoh utamanya adalah A. Bandura. Teori belajar social ini sendiri berkembang
dari teori behaviorisme dan teori tentang penguatan. Teori krumboltz,
menganggap penting pribadi dan lingkungan sebagai factor-faktor yang menetukan
keputusan orang tentang karir. Faktor individu berkenaan dengan apa yang sudah
ada pada diri seseorang, seperti jenis kelamin, rupa atau tampakan fisik dan
kemampuan-kemampuan unsur bawaan. Sehubungan dengan karier, lingkungan mencakup
lingkungan kerja, pasar kerja, syarat kerja, peraturan dan undang-undang kerja,
serta hal-hal lain di dalam masyarakat, yang berpengaruh pada kehidupan kerja
seperti adat kebiasaan, perang, politik, ekonomi. Pribadi dan lingkungan
berinteraksi, dan interaksi ini menimbulkan pandangan diri orang yang
bersangkutan dan ini mempengaruhi tingkah laku kerjanya. Kelangsungan tingkah
laku ini dibentuk oleh penguatan (gamjaran) atau hukuman.
Teori belajar sosial menyatakan bahwa, kepribadian dan tingkah laku orang itu,
lebih merupakan hasil belajar dari pada hasil pembawaan dari lahir. Orang
yang mengalami kejadian yang mengganjar atau sebaliknya dan di dalam kontak
itu, individu merespons terhadap kejadian yang dialaminya tersebut.
Teori Krumboltz yang disebutkan secara umum di atas, mengenali empat kategori
faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karier sesorang yaitu,
factor-faktor genetik, lingkungan, belajar, dan ketrampilan menghadapi tugas
atau masalah.
1.
Faktor Genetik
Faktor ini dibawa sejak lahir berupa
wujud dan keadaan fisik dan kemampuan. Keadaan ini bisa membatasi preferensi
dan ketrampilan seseorang untuk menyusun rencana pendidikan dan akhiranya untuk
bekerja. Teori ini mengatakan bahwa orang-orang tertentu terlahir memiliki
kemampuan, besar atau kecil, untuk memperoleh manfaat dari pengalaman
pergaulannya dengan lingkungan, sesuai dengan keadaan dirinya. Kemampuan-
kemampuan khusus seperti kecerdasan, bakat, music, demikianpun gerak otot,
merupakan hasil interaksi pradisposisi bawaan dengan lingkungan yang dihadapi
seseorang.
2.
Kondisi Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh
pada pengambilan kerja, berupa kesempatan kerja, kesempatan pendidikan dan
pelatihan, kebijaksanaan dan prosedur seleksi, imbalan, undang-undang, dan
peraturan perburuhan, peristiwa alam, sumber alam, kemajuan teknologi,
perubahan dalam organisasi sosial, sumber keluarga, sistem pendidikan,
lingkungan tetangga dan masyarakat sekitar, pengalaman belajar. Faktor-faktor
ini umumnya ada di luar kendali individu, tetapi pengaruhnya bisa direncanakan
atau tidak bisa direncanakan.
3.
Faktor Belajar
Kegiatan yang paling banyak
dilakukan manusia adalah belajar. Pengalaman belajar ini mempengaruhi tingkah
laku dan keputusan orang, antara lain tingkah laku pilihan pekerjaan. Ada dua
jenis belajar, yaitu belajar instrumental dan asosiatif. Belajar instrumental
ialah belajar yang terjadi melalui pengalaman orang waktu berada di dalam suatu
lingkungan dan ia mengerjakan langsung lingkungan itu, dan ia mendapatkan
sesuatu sebagai hasil dari tindak perbuatannya itu, yaitu hasil yang dapat
diamatinya. Tiga komponen penglaman belajar ini adalah antiseden ialah segala
sesuatu mengenai diri, lingkungan, kejadian yang hadir sebelum, atau
mendahului, dan ada sangkut pautnya dengan perbuatan (respons). Respons
perbuatan ialah apa yang dilakukan orang, baik yang tampak maupun yang tidak.
Konsekuensi ialah segala apa yang terjadi setelah perbuatan dilakukan atau
tindakan diambil, yang kelihatan langsung sebagai hasil atau akibat yang tidak
kelihatan.
Pebuatan belajar asosiatif ialah
pengalaman di mana orang mengamati hubungan antara kejadian-kejadian dan mampu
memprediksi apa konsekuensinya. Individu melihat hubungan antara
stimulus-stimulus yang ada di lingkungan. Belajar dengan mengamati model
yang sebenarnya atau model fiksi termasuk jenis pengalaman belajar asosiatif.
Stimulus netral kalau dipasangkan dengan stimulus yang mengandung emosi
positif, maka stimulus netral itu akan memiliki sifat positif juga dalam
pikiran si pengamat. Model fiksi itu bisa berupa ucapan orang, atau bacaan.
Seseorang tidak menyukai karier perawat, sebagai asosiasi atau atas putus
cintanya karena merasa dikhianati oleh seorang gadis yang sudah bekerja sebagai
bidan.
4.
Keterampilan menghadapi tugas (task-approach skills)
Ketrampilan ini dicapai sebagai buah
interaksi atau pengalaman belajar, ciri genetik, kemampuan khusus (bakat), dan
lingkungan. Termasuk di dalam keterampilan ini adalah standar kinerja, nilai
kinerja, kebiasaan kerja, proses persepsi dan kognitif (perhatian, daya ingat),
set mental dan respon emosional. Dalam pengalamannya, individu menerapkan
keterampilan ini untuk menghadapi dan menangani tugas-tugas baru.
Konsep lain dalam teori Krumboltz adalah Generalisasi
Observasi-Diri Self-Obsrvation Generalization) dan Generalisasi Pandangan dunia
(World-View Generalization). Generalisasi observasi diri adalah generalisasi
yang ditarik pada hasil belajar. Orang itu terus-menerus melihat melihat
dirinya, yaitu sikapnya, keterampilannya, dan menilai apa-apa yang dilakukan
dan bagaimana kinerjanya. Generalisasi pandangan atas dunia, timbul sebagai
hasil belajar dari pengalaman ketika orang berhubungan dengan atau berada di
dalam lingkungan. Generalisasi ini berguna untuk mengamalkan apa yang akan
terjadi di dalam lingkungan lain atau di waktu yang akan datang.
C.
Keterampilan Mengancang Tugas dan
Pengambilan Keputusan Karir
Menurut Krumboltz dan Baker (Mitchell dan Krumboltz, 1984),
hal yang penting dalam pengambilan keputusan kerja adalah kemampuan untuk:
1. Mengenal situasi keputusan penting.
2. Menentukan apa keputusan atau tugas
yang dapat dikelola dan yang realistis.
3. Memeriksa dan menilai secara cermat
dan tepat generalisasi observasi-diri dan generalisasi pandangan atas dunia.
4. Menyusun alternate-alternatif yang
luas dan beragam.
5. Mengumpulan informasi yang
diperlukan tentang alternatif-alternatif itu.
6. Menentukan sumber observasi mana
yang paling andal, cermat, dan relevan.
7. Merencanakan dan melaksanakan urutan
langkah-langkah pengambilan keputusan tersebut.
Menurut teori belajar, dalam pengambilan keputusan karir,
orang berada di lingkungan tertentu, dengan membawa ciri-ciri bawaan dari
keturunannya dan menghadapi berbagai pengalaman belajar. Orang memang tidak
bisa mengatur sifat bawaannya, tetapi bisa mempengaruhi lingkungan dan
pengalaman belajarnya. Ini kemudian menimbulkan pengalaman-pengalaman baru dan
pengambilan keputusan berikutnya.
Teori belajar tentang keputusan karir berguna untuk
mengenali kondisi-kondisi lingkungan dan peristiwa yang memberikan pengalaman
belajar kepada seseorang untuk menyusun rencana karir. Teori ini tidak
menentukan urutan langkah-langkah tertentu yang harus ditempuh, karena ada
banyak jalan yang bisa membawa orang ke keberhasilan menyusun rencana. Hal yang
penting adalah bahwa jalan itu memberikan kepuasan. Teori Krumboltz termasuk
dalam pendekatan belajar sosial untuk perkembangan karir.
Kesimpulannya, individu dilahirkan ke dunia dengan
karakteristik generik tertentu: ras, jenis kelamin, dan kemampuan atau
ketidakmampuan khusus. Seiring dengan berjalannya waktu, individu mengahadapi
peristiwa-peristiwa dan kondisi lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya.
Kesuksesan-kesuksesan dan kegagalan-kegagalan yang tumbuh dalam kondisi ini
mempengaruhi individu dalam memilih serangkaian tindakan dalam
pengalaman-pengalaman pembelajaran selanjutnya, meningkatkan kecenderungan
untuk membuat pilihan serupa dengan yang telah dilakukan yang mengarahkan
kepada kesuksesan dan menghindari pilihan-pilihan serupa yang mengakibatkan
kegagalan. Proses ini dipesulit dengan aspek ketidakstabilan karena indiviu berubah
sebagai hasil dari serangkaian pengalaman belajar yang terus berlanjut, dan
situasi juga berubah karena dinamika kondisi-kondisi lingkungan, budaya dan
sosial.
Krumboltz et al. menekankan bahwa pengalaman belajar yang
unik dari masing-masing individu selama hidupnya menyebabkan berkembangnya
pengaruh-pengaruh primer yang mengarahkan pilihan karirnya. Pengaruh tersebut
mencakup:
1. penggeneralisasian self berdasarkan
pengalaman dan kinerja yang terkait dengan standar yang dipelajari.
2. keterampilan yang dipergunakan dalam
menghadapi lingkungan, dan
3. perilaku memasuki karir seperti
melamar pekerjaan atau memilih lembaga pendidikan atau pelatihan
Pembentukan keyakinan dan generalisasi individu merupakan
hal yang sangat penting dalam model social-learning. Peranan konselor adalah
menelusuri asumsi-asumsi dan keyakinan individu dan mengeksplorasi alternative
keyakinan dan tindakan yang perlu dilakukan. Membantu individu memahami
sepenuhnya validitas keyakinan individu merupakan komponen utama model
social-learning. Secara spesifik, konselor sebaiknya berusaha mengatasi
masalah-masalah berikut:
1. Individu mungkin tidak dapat
mengakui bahwa masalah yang dihadapinya dapat diatasi (mereka berasumsi bahwa
sebagian besar masalah merupakan bagian dari kehidupan yang normal dan tidak
dapat diatasi).
2. Individu mungkin tidak dapat
melakukan upaya yang dibutuhkan untuk membuat keputusan atau memecahkan masalah
(mereka tidak banyak berusaha mengeksplorasi alternatif).
3. Individu mungkin tidak menyadari
adanya alternative yang memuaskan (mereka melakukan overgeneralisasi asumsi
yang salah).
4. Individu mungkin memilih alternative
yang buruk atau alas an yang tidak tepat (individu tidak mampu mengevaluasi
karir secara realistic karena keyakinan yang salah dan ekspektasi yang tidak
relistik).
5. Individu mungkin mengalami
kekecewaan dan kecemasan akibat persepsi bahwa mereka tidak dapat mencapai
tujuan yang diinginkannya (tujuannya mungkin tidak realistik atau konflik
dengan tujuan lain).
D.
Status dan Kegunaan Teori Krumboltz
Teori Krumboltz (Krumboltz, 1996; Mitchell & Krumboltz,
1996) hanya menarik perhatian sebagian kecil peneliti dan praktisi meskipun
banyak yang merekomendasikannya. Teori ini cukup atraktif sebagai dasar
konseling karir. Krumboltz menolak gagasan tradisional bahwa tujuan konseling
karir adalah untuk memilih pekerjaan berdasarkan karakter personal pembuat
keputusan. Tetapi, Krumboltz menyarankan bahwa tujuannya adalah untuk
memfasilitasi perolehan pengetahuan tentang diri dan skill yang dibutuhkan
untuk menangani dunia yang selalu berubah yang dipenuhi dengan ketidakpastian.
Dia mengembangkan Career Beliefs Inventory (Krumboltz, 1991) dan buku catatan
yang menyertainya (Levin, Krumboltz, & Krumboltz, 1995) untuk membantu
pembaca mengidentifikasi keyakinan mereka dan memadukannya dengan minat mereka.
Menurut Krumboltz, Individu yang tidak belajar untuk mengambil keuntungan dalam
kesempatan pembelajaran yang diberikan kepada mereka dalam pelatihan dasar
berkelanjutan cenderung untuk membuat keputusan tidak bagus. Yang paling penting,
konseling karir harus menyiapkan klien untuk mengenali dan mengambil keuntungan
dari kesempatan pembelajaran yang diberikan pada mereka. Konseling karir harus
dilakukan dengan empat pertimbangan.
1. Para klien harus siap untuk
mengembangkan pengetahuan dan keahlian mereka dibandingkan keadaan mereka
ketika pertama kali mereka masuk proses konseling. Konselor karir harus
membantu klien untuk memetakan status mereka dan memberikan garis besar rencana
untuk perubahan dan pengembangan. Dengan adanya rencana untuk berubah. Para
klien mengembangkan struktur kesempatan mereka.
2. Para klien harus siap dengan sebuah
kondisi umum pekerjaan yang sedang berubah.
3. Meskipun diagnosa permasalahan
pengembangan karir saat ini adalah sebuah langkah dalam proses konseling karir,
hal ini tidak cukup. Para klien harus didorong untuk menghadapi tekanan dunia
yang selalu berubah.
4. Para konselor karir harus lebih
fokus dan membantu klien menangani serangkaian masalah pekerjaan yang meeka
hadapi. Klien harus memahami nilai dan hal yang memuaskan mereka. Mereka harus
meraih kontrol hidup mereka, untuk mampu menangani permasalahan di tempat
kerja, termasuk bagaimana maju di tempat kerja dan rencana untuk berhenti.
DAFTAR PUSTAKA
Munandir.
1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta: Jalan Pintu Satu.
Walgito,
Bimo. 2004. Bimbingan dan Koseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: Andi
Offset.
Heridha.
2009. http://heridha.wordpress.com/2009/04/06/teori-teori-yang-berdasarkan-teori-pembelajaran-postmodern-sosioekonomi-dan
pengambilan-keputusan-serta-aplikasinya/. Diunduh tanggal 25 September 2010.
Marniawarih,
Dayang. 2010. http://bismillah-nonong.blogspot.com/2010/04/teori-teori-konseling.html. Diunduh tanggal 25 September 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar