ANALISIS PERUBAHAN TINGKAH LAKU
MODELING
A.
Pengertian
Perilaku :
Perilaku
adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat
diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang
melakukannya
Perilaku mempunyai beberapa
dimensi:
ü fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik
frekuensi, durasi dan intensitasnya
ü ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada
lingkungan (fisik maupun sosial) dimana perilaku itu terjadi
ü waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa yang
akan datang
Perilaku
diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara
perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. Perubahan perilaku dapat
diciptakan dengan merubah peristiwa didalam lingkungan yang menyebabkan
perilaku tersebut
Perilaku dapat bersifat
covert ataupun overt :
ü overt artinya nampak (dapat diamati dan dicatat)
ü covert artinya tersembunyi (hanya dapat diamati oleh
orang yang melakukannya)
Fokus pengubahan perilaku
kepada perilaku yang dapat diamati (perilaku overt)
Pengubahan
perilaku adalah suatu bidang psikologi yang berkaitan dengan analisa dan
pengubahan perilaku manusia (Miltenberger,
Tahun 2001)
ü analisa artinya mengidentifikasi hubungan fungsional
antara lingkungan dengan perilaku tertentu untuk memahami alasan suatu perilaku
terjadi
ü pengubahan berarti mengembangkan dan mengimplementasikan
prosedur pengubahan perilaku untuk
membantu orang merubah perilakunya (merubah peristiwa-peristiwa lingkungan yang
mempengaruhi perilaku)
ü Pengubahan perilaku adalah penerapan yang terencana
dan sistematis dari prinsip belajar yang telah ditetapkan untuk mengubah
perilaku mal adaptif (Fisher & Gochros, 1975)
ü Perilaku maladaptif adalah perilaku yang mempunyai ciri
sebagai berikut:
o
menimbulkan
akibat yang tidak menyenangkan bagi pelaku maupun lingkungannya
o
tidak
sesuai dengan peranan dan fungsi individu
pelakunya, tidak sesuai dengan stimulus yang
dimunculkan oleh lingkungannya
B.
Tujuan
Pengubahan Perilaku :
a. Membentuk atau meningkatkan perilaku yang tidak ada
atau kurang dimiliki oleh individu.
b. Mengurangi atau menghentikan perilaku yang berlebihan
(behavioral excesses).
c. Mengurangi atau menghentikan perilaku maladaptif dan
memelihara atau meningkatkan perilaku adaptif.
C.
Pengertian
Modeling :
Menurut
Albert Bandura Modeling adalah proses belajar. Oleh karenya teorinya disebut
teori belajar sosial, atau modeling. Prinsipnya adalah perilaku merupakan hasil
interaksi resiprokal antara pengaruh tingkah laku, koginitif dan lingkungan.
Singkatnya, Bandura menekankan pada proses modeling sebagai sebuah proses
belajar. Bandura membuka perspektif baru dalam aliran behavioristik dengan
menekankan pada aspek observasi dan proses internal individu. Bagi mereka yang
beraliran kognitif, pandangan Bandura ini dirasakan lebih lengkap dibandingkan
pandangan ahli behavioristik lainnya.
Teorinya
ini juga didukung oleh percobaan eksperimental yang dapat dipertanggung jawabkan.
Teori utama dari Albert Bandura Observational learning atau modeling adalah
faktor penting dalam proses belajar manusia. Dalam proses modeling, konsep
reinforcement yang dikenal adalah vicarious reinforcement, reinforcement yang
terjadi pada orang lain dapat memperkuat perilaku individu. Self-reinforcement,
individu dapat memperoleh reinforcement dari dalam dirinya sendiri, tanpa
selalu harus ada orang dari luar yang memberinya reinforcement.
Modeling berakar dari teori Albert Bandura dengan teori sosial. Penggunaan
teknik modeling (penokohan) telah
dimulai pada akhir tahun 50-an, meliputi tokoh nyata, tokoh melalui film, tokoh
imajinasi (imajiner). Beberapa
istilah yang digunakan adalah penokohan (modeling),
peniruan (imitation), dan belajar
melaui pengamatan (observational
learning). Penokohan istilah yang menunjukkan terjadinya proses belajar
melalui pengamatan (ovservation learning) terhadap orang lain dan perubahan
terjadi melaui peniruan. Peniruan (imitation) menunjukkan bahwa perilaku orang
lain yang diamati, yang ditiru, lebih merupakan peniruan terhadap apa yang
dilihat dan diamati.
Terdapat beberapa tipe modeling, yaitu:
modeling tingkah laku baru yang dilakukan melaui observasi terhadap model
tingkah laku yang diterima melaui sosial individu memperoleh tingkah laku baru.
Modeling mengubah tingkah laku lama yaitu dengan meniru tingkah laku model yang
tidak diterima sosial akan meperkuat atau
memperlemah tingkah laku tergantung tingkah laku model itu diganjar atau
dihukum. Modeling kondisioning banyak dipakai untuk mempelajari respons
emosional. Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional yang mendapat
penguatan. Muncul respons emosional yang sama dan ditujukan ke obyek yang ada
didekatnya saat ia mengamati model.
D.
Proses
Penting Modeling
·
Perhatin, harus fokus pada model. Proses
ini dipengaruhi asosiasi pengamat dengn model,sifat model yang aktratif,arti
penting tingkah laku yang diamati bagi pengamat
·
Representasi,yaitu tingkah laku yang
akan ditiru harus disimbolisasi dalam ingatan. Baik bentuk verbal maupun gambar
dan imajinasi. Verbal memungkinkan orang mengevaluasi secara verbal tingkah
laku yang diamati, mana yang dibuang dan mana yang dicoba lakukan. Imajinasi
memungkinkan dilakukan latihan simbolik dalam pikiran.
·
Peniruan tingkah laku model, yaitu
bagaimana melakukanya? Apa yang harus dikerjakan? Apakah sudah benar? Hasil
lebih pada pencapain tujuan belajar dan efikasi pembelajar.
·
Motivasi dan penguatan. Motovasi tinggi
untuk melakukan tingkah laku model membuat belajar menjadi efektif. Imitasi
lebih kuat pada tingkah laku yang diberi pengutan dari pada dihukum.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penerapan penokohan (modeling):
·
Ciri model seperti; usia, status sosial,
jenis kelamin, keramahan, dan kemampuan, penting dalam meningkatkan imitasi.
·
Anak lebih senang meniru model seusianya
daripada model dewasa.
·
Anak cenderung meniru model yang standar
prestasinya dalam jangkauanya.
·
Anak cenderung mengimitasi orang tuanya
yang hangat dan terbuka. Gadis lebih mengimitasi ibunya.
E. Prinsip – prinsip Modeling
·
Belajar bisa diperoleh melalui
pengalaman langsung dengan mengamati
Tingkah
laku orang lain berikut konsekuensinya.
·
Kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh
dengan mengamati dan mencotoh tingkah laku model yang ada.
·
Reaksi – reaksi emosional yang terganggu
bisa dihapus dengan mengamati orang lain yang mendekati obyek atau situasi yang
ditakuti tanpa mengalami akibat menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya.
·
Pengendalian diri dipelajari melalui
pengamatan atas model yang dikenai hukuman.
·
Status kehormatan model sangat berarti.
·
Individu mengamati seorang model dan
dikuatkan untuk mencontoh tingkah laku model.
·
Modeling dapat dilakukan dengan model
simbol melalui film dan alat visual lain.
·
Pada konseling kelompok terjadi model
ganda kerena peserta bebas meniru perilaku pemimpin kelompok atau peserta lain.
·
Prosedur modeling dapat menggunakan
berbagai teknik dasar modifikasi perilaku.
F. Pengaruh Modeling
·
Pengambilan respons atau keterampilan
baru dan memperlihatkannya dalamperilaku baru.
·
Hilangnya respons takut setelah melihat
tokoh melakukan sesuatu yang menimbulkan rasa takut konseli, tidak berakibat
buruk bahkan akibat positif.
·
Melaui pengamatan terhadap tokoh, seseorang
terdorong untuk melakukan sesuatu yang mungkin sudah diketahui atau dipelajari
dan tidak ada hambatan.
G.
Macam-macam
Penokohan
·
Penokohan nyata (live model)
seperti:terapis,guru,anggota keluarga atau tokoh yang dikagumi dijadikann model
oleh konseli.
·
Penokohan simbolik (syimbolic model)
seperti: tokoh yang dilihat melaui film,video atau media lain.
·
Penokohan ganda (multiple model seperti:
terjadi dalam kelompok,seorang anggota mengubah sikap dan mempelajarfi sikap
baru setelah mengamati anggota lain bersikap.
H.
Langkah
– langkah
·
Menetapkan bentuk penokohan (live model,
syimbolic model, multiple model).
·
Pada live model, pilih model yang
bersahabat atau teman sebaya konseli yang memiliki kesamaan seperti:usia,status
ekonomi, dan penampilan fisik. Hal ini penting terutama bagi anak-anak.
·
Bila mungkin gunakan lebih dari satu
model.
·
Kompeksitas perilaku yang modelnya harus
sesuai dengan tingkat perilaku konseli.
·
Kombinasikan modeling dengan aturan,
intruksi,behavioral reharsal, dan penguatan.
·
Pada saat konseli memperhatikan
penampilan tokoh berikan penguatan alamiah.
·
Bila mungkin buat desain pelatihan untuk
konseli meenirukan model secara tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada
penguatan alamiah.
·
Bila perilaku bersifat kompleks, maka
episode modeling dilakukan mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar.
·
Skenario modeling harus dibuat
realistik.
·
Melakukan pemodelan dimana tokoh
menunjukkan perilaku yang menimbulkan rasa takut bagi konseli (dengan sikap
manis, perhatian bahas yang lembut dan perilaku yang menyenangkan konseli).
I.
Tindakan
nyata sebagai model perilaku
Sebagaian besar psikologi menekankan
bahwa ‘tingkah laku’ menarik pada tindakan-tindakan yang jelas, sebagai
prasarat untuk memperoleh perilaku-perilaku yang baru. Sesuai dengan alasan ini
itu prasyarat untuk memperole perilaku-perilaku baru. Anutan garis penalaran
ini, kecuali pembelajar minim belajar pada perilaku, dia tidak memperoleh
perilaku perilaku baru. Suatu asumsi yang terkait untuk konsekuensi dari
tindakan-tindakan peran penting di dalam pelajaran perilaku-perilaku yang baru.
Secara kontras bahwa perilaku tersebut sudah difokuskan pada asumsi-asumsi,
bahwa manusia belajar sering kali terjaadi melalui pengamatan perilaku
seseorang.
Peran dari model sosial pada pembelajaran
manusia secara ekstensif dipelajari oleh miller Dollar (1941) dalam penelitian.
Bandura bukan penyeledik pertama klinis untuk menerapkan stategi observasi
untuk belajar, tulisan-tulisan sebelumnya secara signifikan telah mengalami
kegagalan untuk dipraktekkan pada bidang psikoterapis.
Terdapat banyak cara bagi terapis yang
berkala menggunakan metode untuk menampilkan suatu model yang ditampilkan dari
suatu perilaku. Pada model yang dilakukan secara partisipan terapi membuat
model dari perilaku-perilaku yang diinginkan. Terapis bila menggambarkan dengan
bentuk kata-kata, klien biasanya menghadapi kesulitan dalam mengembangkan
perilaku lanjutan dan perilaku yang diharpkan. Klien melakukan imitasi dari
setiap perilaku setelah terapis memberikan model dari perilaku-perilaku yang
diinginkan.
a)
Dasar
Pemikiran
Terapis sukses dari pembelajaran
pengamatan bergantung pada klien berfokus perhatian pada aspek yang relevan dan
bersifat segera. Saat pengamat melihat atau mendengar dari model menerima
konsekuensi perilaku yang dilakkan, individu mengalami secara pribadi
pengamatan klien dapat diterima sebagai suatu peristiwa yang dialaminya
sendiri. Pengalaman itu dapat berefek menguatkan atau menghukum. Diharapkan
efek tersebut dapat terjadi menjadi sesuatu yang lebih tinggi, kondisioning
klasikal yang mana perbandingan beberapa tanda sosial dengan reaksi emosiaonal
yang positif atau negatif. Penampilan secara ekstensif sebagai tanda yang
mungki mempengaruhi kekuatan dari penguatan secara perbagian (positif atau
negatif) untuk pengamatan.
Pengaruh pengamatan bila sudah terjadi,
ingatan mungkin menjadi latihan. Ingatan latihan dapat menjadi overt dan
pengulangan. Kepastian dari pengulangan pemikiran dan gambaran yang jelas.
Ingatan mesti sebagai seuatu hal, yang mempengaruhi modeling yang mengakibatkan
kinerja yang jelas dari pengamat perilaku. Penampilan yang konsisten yang
diperoleh dari pengamatan dapat berakibat penguatan pada pengamat.
Setidaknya terdapat delapan kategori
dari pengaruh yang mana dihasilkan dari pengamatan imitasi yang merupakan
perilaku sebelumnya, sebelum perilaku model ditampilkan. Perilaku itu sendiri
dan konsekuensi atau minimnya konsekuensi yng segera setelah perilaku tertentu
dilakkukan. Pertama, pengamat lingkungan sosial menghasilkan kejadian yang mana
dapat mengubah kekuatan dari kepastian penguatan tertentu yang menimbulkan
stimuli. Kedua, emosi yang dihubungkan dengan model, dimana individu dapat
seolah mengalami sendiri reaksi-reaksi emosional dalam mengamati. Ketika
reaksi-reaksi ini melibatkan emosi negatif seperti ketakutan efek itu dapat
untuk menghalangi pengamatan untuk sejumlah perilaku yang telah diperagakan.
Ketiga, komunkasi dari model untuk pengamat dapat mengalami sendiri kejadian
yang diamatinya. Keempat, perilaku yang merupakan pola, pasti mungkin dapat
diubah pola aksi dari pengamat. Kelima, model atau yang biasanya sebagai
stimulus diskriminatif yang sederhana untuk perilakku yang baru saja amatan
individu. Keenam, model yang menghasilkan perubahan dari pikiran pengamat
(beberapa efek kognitif mungkin sulit efeknya untuk diidentifikasi). Ketujuh,
konsekuensi yang diterima oleh model dapat menjadi pendorong untuk pengalaman
sendiri atau hukuman yang menunjukkan perilaku terget dari pengamat. Kedelapan,
apa yang diterima oleh model dapat berespon yang seolah memadamkan perilaku
yang seolah dialami sendiri oleh pengamat.
b)
Penggunaan
Teknik belajar melalui pengamatan dapat
diterapkan pada sebagian besar masalah-masalah yang dihadapi oleh psikoterapis
yang praktik menggunakan terapi behavior. Kenyataannya, seperti sejumlah
masalah yang muncul, ketika klien mendpatkan pengalamannya mula-mula dan
belajar dari pengamatan pertamanya. Keseluruhan perilaku yang salah atau
menyimpang telah menjadi contoh perilaku yang ada pada saat ini. Perilaku-perilaku
salah atau menyimpang itu menjadi target perilaku, untuk strategi pengamatan
yang dipelajari dan dilaporkan pada literatur yang dipublikasikan.
Pembelajaran pengamatan dan model yang
menerapkan sebagai penglaman, perilaku yang aneh dalam menanggapi telepon,
simulasi ketrampilan, simulasi ketrampilan mendengarkan, obsesif kompulsif,
kelainan fungsi tubuh organis, keadaan tidak berdaya, ketrampilan, ketrampilan
bahasa dengan orang-orang bersuara dan berwatah keras, ketrampilan-ketrampilan
motorik, interaksi sosial, ketakutan menghadapi operasi, strategi pemecahan
masalah ejakulasi prematur, bela diri, keterbukaan diri sendiri, penyingkapan
diri, dan gaya yang berhubungan dengan orang lain.
c)
Prosedur,
Variasi dan Contoh
Setiap materi harus diterapkan dalam
setiap kejadian pada beberapa bagian prosedur digunakan, dibawah ini akan
diuraikan sejumlah daftar yang berfungsi sebagai program perawatan. Banyak
materi yang tercakup oleh suatu intervensi, makin besar perawatannya:
1. Terapis
perlu menentukan atau perlu merencanakan sejumlah perkiraan yang menjadi tanda
tujuan untuk perawatan dan sistem nilainya yang digunakan.
2. Terapis,
model, atau narator harus jelas menyatakan perilaku yang bagaimana yang
diinginkan atau diharapkan.
3. Klien
harus sedang dalam kondisi yang santai. Klien harus memahami tingginya tingkat
kecemasan, pelatiha relaksasi sebelum memahami prosedur-prosedur model yang
bisa sangat menolong. Pertolongan ini dalam bentuk memberi model saat
menghadapi kecemasan yang dihadapi.
4. Terapis
perlu menyediakan suatu perintah atau suatu naskah naratif yang memusatkan
perhatian klien pada aspek yang relevan yang sesuai dari model perilaku di
lingkungan tersebut
5. Model
itu perlu menampilkan tindakan-tindakan yang jelas diinginkan dan menguraikan
apa yang diharapkan untuk dilakukan, seperti konsekuensi yang perlu
diantisipasi. Pada beberapa sesi pertemuan perlu peningkatan yang menggunakan
tiga proses: a) tunjukan dan uraikan perilaku yang diinginkan; b) rincikan
dengan jelas dan uraikan perilaku yang maladaptif; c) kembali lakukakan dan
uraikan perilaku yang diinginkan.
6. Klien
yang melakukakan tindakan, segera ikuti urutan yang disajikan oleh klien
tersebut. Terapis harus memberitahu pada klien gambaran kekurangan dan
konsekuensi dari tindakan yang dilakukan.
7. Terapis
perlu mengintruksikan pada klien untuk mengulangi tahap 6 yang sesuai dengan
model-model yang dilakukan oleh model peran.
8. Terapis
perlu menyusun latihan tindakan saat model peran hadir. Instruksi tersebut
diberikan pada sajian kedua atau pada akhir sajian, sebagai evaluasi dari
sajian pertama. Sajian model peran merupakan koreksi dari sajian pertama yang
bisa disajikan oleh model peran atau oleh klien.
9. Terapis
dapat memiliki alasan untuk percaya bahwa klien memiliki kesulitan dalam meniru
tindakan-tindakan yang dilakukan. Terapis dapat menyentuh bagian-bagian dari
tubuh klien dan memandu klien agar bertindak sesuai harapan.
10. Terapis
dapat meminta pada klien untuk mempraktikkan perilaku yang diperagakan model
peran saat model peran tidak hadir.
11. Langkah-langkah
yang telah dilakukan oleh klien secara mandiri, harus segera diberitahukan
kepada supervisi atau terapis.
12. Bila
dimungkinkan, terapis perilaku perlu menggunakan model peran yang bergengsi,
agar klien lebih termotivasi.
13. Bila
dimungkinkan, terapis menggunakan model yang memiliki latar belakang penyakit
atau penyimpangan yang dimiliki klien.
14. Terapis
perlu menyusun perawatan, sehingga klien dapat mengamati model peran.
15. Terapis
perlu menjalakan beberapa sesi-sesi model untuk mengarahakan tiap klien.
16. Harus
pasti dapat melakukan perilaku dasar yang diperagakan, guna memastikan klien
melakukan hal yang sama dengan model peran.
17. Klien
yang menjadi lebih terampil atau dapat melakukan perilakunya dengan baik,
terapis harus dapat menyesuaikan perilaku-perilaku yang diperagakan dengan
tingkatan yang lebih sulit.
18. Terapis
perlu melatih klien untuk terlibat pengamatan pada dirinya sendiri dan
menguatkan dirinya, agar klien dapat berangsur-angsur memiliki tanggung jawab
untuk keberhasilan program perawatan dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Gantina, Eka
w, & Karsih. 2011. Teori dan Tehnik
Konseling. Jakarta : PT Indeks
http://www.sandiman.org/index.php/more-about-joomla/32-karya-tulis-seminar-jabfung/38-pengenalan-structural-equation-modeling
www.google.com
kalau yang tentang teknik games ada ngga?
BalasHapus