PROSEDUR
KONSELING dan TEKNIK MENDENGARKAN
A.
TAHAP
PEMBINAAN HUBUNGAN
Banyak klien yang belum pernah mengunjungi konselor,
sedangkan klien lain mungkin mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan dalam
konseling. Klien semacam ini perlu suatu ilustrasi atau gambaran yang tepat
tentang proses konseling supaya tidak terjadi salah pengertian atau dapat
mengubah sikap mereka tentang konseling, sehingga tercipta hubungan baik antara
konselor dengan klien.
1.
Membuat keputusan tentang structuring
Pada
pokoknya structuring adalah penggambaran tentang proses konseling.
Struktur adalah kerangka kerja yang digunakan konselor dengan kliennya.
Kerangka kerja ini diberitahukan kepada klien dengan cara berbicara secara
singkat tentang empat aspek konseling, yaitu konselor merumuskan tentang
tanggung jawab, tujuan,keterbatasan, dan fokus.
Sebelum
konselor secara formal menggambarkan proses konseling ia dihadapkan dengan dua
pertanyaan, yaitu “apakah struktur secara
formal dibutuhkan?”d an “apakah saat ini merupakan saat yang tepat?”
Dibawah
ini dijelaskan empat aspek yang merupakan bagian dari structuring, yaitu:
1)
Tanggung jawab
Pembimbing memberikan
informasi kepada klien tentang tanggung jawab, misalny: “tugas saya sebagai
pembimbing adalah mendengarkan dan mencoba mengerti bagaimana pikirandan
perasaan Anda tentang sesuatu hal. Saya tidak akan mengambil keputusan, tetapi
kita bersama-sama membicarakannya sampai Anda membuat keputusan sendiri dan
akan membantu saya mengerti bagaimana pikiran dan perasaan Anda”.
2)
Tujuan
Tujuan konseling ialah
membantu Anda mengatasi masalah yang mengganggu Anda atau hal-hal yang menarik
minat Anda. Beberapa siswa inging membuat keputusan tentang apa yang akan
dikerjakan setelah lulus. Siswa lain mungkin memerlukan bantuan tentang problem
sekolah, dan problem tentang guru-guru. Beberapa yang lain dalam pergaulan
seperti pergaulan antar teman, orang tua, atau majikan dalam pekerjaannya.
Tujuan konseling adalah untuk membantu anda mengatasi problem anda”.
3)
Fokus
Agar konseling efektif,
klien harus mengerti bahwa proses konseling akan berpusat pada satu masalah
khusus dengan maksud memunculkan perubahan yang tampak dalam tingkah laku. Agar
perubahan ada dalam tingkah laku, akan dibuat suatu tujuan khusus yang disetuju
oleh pembimbing dan klien. Contoh
bagaimana pembimbing menyatakan fokus dalam konseling adalah sebagaiberikut:
“Dalam konselling kita biasanya memusatkan pada terbentuknya suatu tujuan
khusus atau target yang akan dicapai. Kita akan melaksanakan suatu tujuan
khusus pada suatu waktu, tetapi kita akan melakukan beberapa tujuan khusus
sebelum tugas kita bersama selesai.
4)
Keterbatasan
Seorang pembimbing menyatakan
keterbatasan dari konseling dapat dengan menyatakan sebagai berikut: “Dalam
konseling kita mempunyai beberapa keterbatasan kerja,pertama saya membatasi
bantuan pada individu-ndividu yang mempunyai problem perkembngan dan akan
melimpahkan mereka yang mempunyai problem penyesuaian yang berat kepada mereka
yang ahli pada bidang itu. Kedua, anda secara sukarela datang kesinini dan
kesinambungan/kesengajaan konseling anda betul-betul sifatnya sukarela. Ketiga,
kita mempunyai keterbatasan dalam waktu. Saya bisanya mengadakan pertemuan
dengan siswa sebanyak 3-4 kali, dan tiap-tiap pertemuan sekitar 30-45 menit.
Tetapi saya dapat menemui anda lebih sering dari itu apabila diperlukan. Yang
terakhir saya ingin menekankan bahwa hubungan kita sifatnya rahasia. Maksudnya
segala informasi yang anda berikan kepada saya akan dijamin kerahasiaannya.
Saya tidak akan memberitahukan kepada siapapun tanpa seizin anda. Apakah masih
ada pertanyaan?
Hubungan
harus didasarkan dalam: empathy, kewajaran, tidak menuntut, pengertian,
acceptance, komunikasi dan kondisi-kondisi lain sebelum terjadi interaksi yang
berkaitan dengan masalah klien. Proses structuring
ini mungkin akan memakan waktu 5 menit. Setelah structuring, pembimbing harus beralih pada mengidentifikasi masalah
klien. Pada setiap waktu, konselor membentuk dan memelihara suatu hubungan yang
baik dengan klien.
B.
TAHAP
PEMBAHASAN MASALAH
Sebelum memutuskan suatu tujuan atau
hasil yang diharapkan dari konseling, konselor perlu mengerti masalah dan
tekanan-tekanan yang dibawa klien ke situasi konseling. Klien didorong untuk
mengadakan penjajagan tentang beberapa aspek dari kehidupan dan lingkungannya
yang mungkin menjadi permasalahan. Adapun ketrampilan yang diperlukan dalam
tahap ini adalah:
1)
Mengidentifikasi masalah
Kemampuan
mengidentifikasi persoalan-persoalan klien yang penting. Konselor harus mampu
untuk mendengarkan apa yang dikatakan klien dan yang mengganggu dirinya agar
konselor dapat membantu klien dalam permasalahannya. Beberapa petunjuk dalam
menentukan permasalahan klien yang penting adalah:
a.
Alasan yang diberikan klien untuk
mencari bantuan konseling sering kali bukan alasan yang sebenarnya.
b.
Klien sering kali akan menyajikan
sejumlah besar bahan-bahan pada permulaan konseling.
c.
Konselor jangan tergesa-gesa menanyakan
klien agar daat menentukan pentingnya suatu topik. Misalnya: “Anda menginginkan
saya membantu anda dalam kesulitan mencari pekerjaan, apakah demikian?”
d.
Konselor mungkin tertolong dengan
membagi masalah yang penting ke dalam katagori-katagori. Misalnya: masalah
pribadi, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain.
e.
Konselor hendaknya menentukan masalah
klien yang penting dengan meneliti kesungguhan dan ketertiban emosional klien
pada suatu topik. Keterlibatan emosional dapat ditunjukkan dengan:
1. Pembicaraan
berubah pada saat ia membicarakan suatu topik tertentu, penekanan suara, cepat
lambatnya pembicaraan.
2. Seringnya
klien membicarakan suatu topik atau penolakan secara nyata terhadap suatu
topik.
3. Perubahan
dalam ekspresi wajah, gerakan badan dan atau kontak mata.
2)
Memilih Masalah untuk Konseling
Pernyataan klien pada
suatu saat dapat membentuk isi dan perasaan. Keduanya mungkin bermanfaat dalam
membentuk klien untuk memusatkan pada masalahnya. Semuanya itu mungkin kurang
penting bila dibandingkan dengan sikap-sikap perasaan yang dinyatakan oleh
klien tentang isi dan apa maknanya baginya. Dengan menggunakan jenis respons
pemantulan perasaan tidak hanya mengembalikan klien pada masalah yang telah
terpilih, tetapi melibatkan dia secara lebih dalam tentang apa yang sedang
dikatakan. Respons perasaan membantu untuk mendorong klien lebih jauh ke arah
eksplorasi diri.
3)
Mingidentifikasikan Komponen-komponen
Permasalahan
Terdapat tiga komponen
pokok untuk mengidentifikasi kekhususan masalah klien, adalah komponen
behavioral, temporal, dan situasi. Dalam hal ini konselor dapat memakai
bentuk-bentuk pertanyaan apa, dimana, kapan, dan sebagainya.
a. Komponen
behavioral
Konselor hendaknya
membantu klien menggambarkan tingkah lakunya dalam bentuk yang dapat diukur dan
diamati. Misalnya: klien mengatakan “Saya merasa kurang senang”. Konselor
mempunyai kesulitan untuk membentuk strategi dalam mengurangi rasa
ketidaksenangan, teatpi jika klien mengatakan ketidaksenangan ini disebabkan
tidak mampu memilih sekolah yang sesuai, konselor lebih mudah dalam melihat
strategi apa yang akan dipakainya nanti. Selanjutnya konselor mengidentifikasi
apa pengaruh ketidaksenangan ini dalam kehidupan klien. Misalnya, menyebabkan
waktu belajar klien sangat berkurang karena memikirkan hal itu.
b. Komponen
tempo
Meliputi kapan hal itu
terjadi. Berapa lama dan apakah ada urutannya. Misalnya jawaban klien: “Problem
saya yang paling buruk terjadi sepanjang waktu, sudah lama sampai sekarang”.
c. Komponen
situasi
Dimana atau dalam
kondisi apa permasalahan ini tampak jelas, klien mungkin mula-mula merespon
dengan, “bila saya dengan anak-anak” atau “dimana saja”, tetapi setelah
diteliti, kita tahu bahwa sebenarnya problem itu hanya terjadi di sekolah
ketika seseorang mulai merokok. Bila konselor dan klien mampu menyatakan
komponen behavioral, temporal dan situasional dari permasalahannya, mereka
mempunyai dasar yang baik dan jelas untuk dilanjutkan dalam konseling.
4)
Membentuk situasi Baseline (Patokan) dari Permasalahan
Penelitian yang sesuai
tentang masalah klien sehubungan dengan komponen-komponen tingkahlaku, situasi
dan tempo serta frekuensi dan layanan tingkahlaku itu, merupakan salah satu
alat ukur tentang keberhasilan kien dalam konseling. Ukuran ini disebut baseline atau patokan dan dapat dipaka
sebagai suatu bahan perbanding dalam seluruh proses konseling untuk menunjukkan
adanya kemajuan atau tidak.
5)
Mengidentifikasi Faktor Penguat Masalah
Penguat masalah dapat
didefinisikan sebagai hal yang menyebabkan klien terlibat dalam masalah. Contoh
faktor penguat masalah, tingkahlaku siswa yang mengganggu di dalam kelas tetapi
dipertahankan (tidak mau mengubah) mungkin diperkuat oleh perhatian ekstra dari
guru yang diberikan kepadanya.
6)
Mengadakan Pencocokan/Verivikasi Bentuk
Persoalan dengan Klien
Langkah terakhir dalan
pembahasan masalah klien adalah menguji/mengadakan kesesuaian konsep antara
konselor dengan klien tentang gambaran masalah. Apakah penyimpangan konsepsi
antara konselor dengan klien dalam memandang masalahnya. Konselor secara
singkat dapat meninjau kembali, mencari kepastian tentang apa yang ia nyatakan:
a.
Apa permasalahannya
b.
Komponen tingkahlaku/behavioral
c.
Komponen tempo
d.
Komponen situasi
e.
Frekuensi dan lamannya
f.
Faktor penguat
C.
TAHAP
PEMBENTUKAN TUJUAN DAN STRATEGI
1) Menentukan
apakah tujuan dapat dibentuk
Keputusan pertama yang
dibuat oleh konselor dalam tahap ini adalah memutuskan apakan klien mau
melibatkan dirinya untuk suatu tujuan dalam konseling.
2) Membentuk
tujuan konseling yang diinginkan
Konseling menggunakan
beberapa macam cara untuk meminta klien memikirkan hasil konseling yang
diinginkan. Satu cara sederhana adalah mengatakan: “Apakah yang anda ingin
kerjakan bila kita selesai konseling?”
3) Membicarakan
perlunya tujuan dalam konseling
Usaha yang paling
sesuai adalah dengan memberikan beberapa contoh tentang tujuan yang mungkin
sesuai dengan persoalan klien. Makin dekat persoalan klien dengan contoh, makin
cepat ia mengerti apa yang dimaksud oleh konselor. Konselor mempunyai 3
alternatif yaitu:
a. Mencari
alasan lain dan mencoba diskusi lagi. Konselor hendaknya waspada, karena klien
pada tahap ini mungkin memojokkan konselor ke dalam diskusi yang panjang dan
bukan pada tindakan.
b. Mencari
sumber bantuan lain yang buka pada tindakan
c. Mengakhiri
konseling.
Konselor
tidak perlu melibatkan dirinya dalam suatu kesulitan dimana ia dan kliennya
hanya mendiskusikan suatu problenm dan tidak pernah bertindak untuk mencari
penyelesaian. Dalam kasus ini klien lebih senang mengeluh tentang problemnya
daripada mencari kemungkinan penyelesaiannya. Bila hal ini trjadi, konselor
harus menghentikan konseling. Kemungkinan dari terminasi ini kadang-kadang
berfungsi sebagai motivasi bagi klien, dimana ia akan memilih mengadakan tindakan
daripada ia menerima bantuan.
4) Membentuk
tujuan khusus
Suatu tujuan merupakan
penjabaran dari tujuan umum. Penekanannya adalah pada masalah yang telah
dikethui dan spesifikasi tingkahlaku yang did=inginkan sebagai hasil dari
konseling. Menyatakan tujuan untuk konseling mempunyai manfaat ganda, yaitu
memperlancar prosedur perencanaan untuk konseling dan membantu menilai hasil
konseling. Berikut ini beberapa pernyataan tujuan yang spesifik dan menunjukkan
perubahan nyata yang diinginkan oleh klien.
a. Menambah
jumlah pertemuan dengan teman
b. Membuat
tiga komentar yang positif tentang kemampuan dari masing-masing anggota
keluarga sedikitnya selama satu minggu.
5) Strategi
Dengan menggunakan
tujuan khusus sebagai dasar konselor dan klien selanjutnya mulai membentuk
strategi yang berfungsi sebagai jembatan antara tingkahlaku klien sekarang dan
tingkahlaku yang diinginkan, proses untuk memperkancar perubahan inilah yang
disebut strategi dan merupakan suatu rancangan yang komprehensif.
D.
TAHAP
PENILAIAN DAN TINDAKLANJUT
Ada
dua tujuan mengapa konseling harus dinilai?
1. Menentukan
kemampuan klien
2. Memperbaiki
ketrampilan/aktivitas konselor dalam menangani kasus dimasa yang akan datang.
Penilaian
konseling dengan mengetahui perubahan tingkahlkau klien sehubungan dengan problemnya
dapat ditempuh dengan beberapa cara, yaitu:
1. Laporan
dari klien sendiri baik secara lisan maupun tertulis
2. Observasi
konseling terhadap klien
3. Laporan
dari pihaklain yang mengetahui dan
bertanggungjawab terhadap klien.
Khusu
penilaian yang dilakukan oleh konselor sendiri dalam menganalisis hasil
konseing meliputi tiga tingkahlaku, yaitu konselor mencatat tingkahlaku klien,
kemudian membandingkannya dengan tujuan konseling.
Didalam
melaksanakan tindakan penilaian ada beberapa alternatif/kemungkinan yang
dihadapi konselor sebagai tindak lanjut dari:
1. Tujuan
khusus tidak tercapai
2. Tujuan
khusus sudah tercapai
3. Tujuan
klien sudah tercapai tetapi klien tidak ingin untuk mengadakan konseling
tentang permasalahan yang baru berbeda dari yang lain
4. Tujuak
klien sudah tercapai dan konselor serta klien tidak memerlukan knseling
lebihlanjut.
E.
MENGAKHIRI
KONTAK KONSELING
Menghentikan kontak konseling bukan
berarti bahwa konselor tidak berbicara lagi dengan klien secara informal.
Penjelasan tentang penghentian dilakukan dengan cara yang semetinya, tentu saja
konselor menghindari adanya implikasi bahwa ia menolak klien. Beberapa klien
terutama mereka yang telah mengembangkan hubbungan yang sangat erat, akan
menunjukkan suatu keinginan untuk melanjutkan kontak konseling ketika konselor
mengakhirinya. Keengganan mengakhiri konseling berasal dari perasaan
ketergantungan klien terhadapp konselor. Disebabkan karena klien mengatakan
bahwa ada masalah lain yang ingin dibicarakan tanpa mau menunjukkan kepentingan
dari masalah itu.
Tugas konselor terakhir yang hendaknya
juga diperhatikan adalah melakukan tranfer
of learning. Dalam melakuka ini, konselor membicarakan dengan klien
bagaimana klien dapat:
1. Menerapkan
tingkah laku yang ia pelajari dalam konseling dalam situasi lain dari masalah
dalam hidupnya.
2. Memperoleh
penguatan/ reinforcement dari situasi
atau orang lain dalam lingkungannya dengan menggunakan tingkah laku yang baru
ini.
Transfer of learning
merupakan tujuan sebenarnya dari proses konseling. Tujuan penilaian di samping
untuk menentukan kemajuan klien juga untuk menilai efektivitas kerja knselor.
Adapun
cara yang dapat ditempuh adalah:
1. Balikan
dari klien
Klien adalah individu
yang paling dekat dengan konselor, dan yang merasakan langsung bentuan dari
konselor selama konseling. Misalnya saja apakah klien merasa diterima dengan
baik oleh konselor, apakah klien akan kembali lagi untuk problem lein dimasa
yang akan datang, dan sebagainya.
2. Menuntut
pengalaman konselor sendiri
Hal ini dapat dilakukan
terutama selama proses konseling. Misalnya, konselor dapat bertanya tentang
apakan saya dapat berkomunikasi dengan baik? Apakah cara yang saya lakukan
sudah efektif? Dan sebagainya.
3. Balikan
atau informasi
Balikan atau informasi dari kawan
konselor, supervisor atau pendidik pembimbing. Informasi ini disampaikan kepada
konselor setelah konseling berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar