DINAMIKA KELOMPOK
A. PENGERTIAN DINAMIKA KELOMPOK
Dinamika
kelompok menurut Kurt Lewin adalah untuk menggambarkan apa yang terjadi pada
kelompok kecil. Lewin meneliti tentang bagaimana situasi-situasi dan
proses-proses kelompok mempengaruhi interaksi anggota kelompok dan hasil akhir.
Dinamika
kelompok merupakan suatu kelompok yang
terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara
jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi
yang dialami secara bersama. Dinamika
kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses
kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan,
antara lain:
· Membangkitkan kepekaan diri seorang
anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan
rasa saling menghargai
· Menimbulkan rasa solidaritas anggota
sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain
· Menciptakan komunikasi yang terbuka
terhadap sesama anggota kelompok
· Menimbulkan adanya i’tikad yang baik
diantara sesama anggota kelompok.
Proses
dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam
kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu
yang ada dalam kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan
akan berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es
yang membeku lama-kelamaan mulai mencair, proses ini disebut sebagai “ice
breaking”. Setelah saling
mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai
memanas, proses ini disebut ”storming”. Storming akan membawa perubahan pada
sikap dan perilaku individu, pada proses ini individu mengalami ”forming”.
Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh semua
anggota kelompok dan pengatur perilaku semua anggota kelompok, proses ini
disebut ”norming”. Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok melakukan
berbagai kegiatan, proses ini disebut ”performing”. Secara singkat proses
dinamika kelompok dapat dilihat pada gambar berikut:
Alasan
pentingnya dinamika kelompok:
· Individu tidak mungkin hidup sendiri di
dalam masyarakat
· Individu tidak dapat bekerja sendiri dalam
memenuhi kehidupannya
· Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya
pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik
· Masyarakat yang demokratis dapat berjalan
baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan efektif
B. PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM DINAMIKA KELOMPOK
Dinamika kelompok seperti
disebutkan di bagian awal, menjadi bahan persaingan dari para ahli psikologi,
ahli sosiologi, ahli psikologi sosial, maupun ahli yang menganggap dinamika
kelompok sebagai eksperimen. Hal tersebut membawa pengaruh terhadap
pendekatan-pendekatan yang ada dalam dinamika kelompok.
1.
Pendekatan oleh Bales dan Homans
Pendekatan ini mendasarkan
pada konsep adanya aksi, interaksi, dan situasi yang ada dalam kelompok. Homans
menambahkan, dengan adanya interaksi dalam kelompok, maka kelompok yang
bersangkutan merupakan sistem interdependensi, dengan sifat-sifat:
- Adanya
stratifikasi kedudukan warga
- Adanya
diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok yang
satu dengan yang lain
- Adanya
perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan adanya pengaruh
faktor-faktor dari luar.
2.
Pendekatan oleh Stogdill
Pendekatan ini lebih
menekankan pada sifat-sifat kepemimpinan dalam bentuk organisasi formal.
Stogdill menambahkan bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah suatu proses yang
mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir sebagai usaha untuk mencapai
tujuan kelompok. Kelompok terorganisir yang dimaksud disini adalah kelompok
yang tiap-tiap anggotanya mendapat tanggungan dalam hubungannya dengan
pembagian tugas untuk mencapai kerja sama dalam kelompok.
3.
Pendekatan dari ahli Psycho Analysis (Sigmund Freud dan Scheidlinger)
Scheidlinger berpendapat bahwa
aspek-aspek motif dan emosional memegang peranan penting dalam kehidupan
kelompok. Kelompok akan terbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motif antar
anggota kelompok, demikian pula emosional yang sama akan menjadi tenaga
pemersatu dala kelompok, sehingga kelompok tersebut semakin kokoh. Freud
berpendapat bahwa di dalam setiap kelompok perlu adanya kesatuan kelompok, agar
kelompok tersebut dapat berkembang dan bertahan lama. Kesatua kelompok akan
terbentuk apabila tiap-tiap anggota kelompok melaksanakan identifikasi bersama
antara anggota yang satu dengan yang lain.
4.
Pendekatan dari Yennings dan Moreno
Yennings mengungkapkan
konsepsinya tentang pilihan bebas, spontan, dan efektif dari anggota kelompok
yang satu terhadap angota kelompok yang lain dalam rangka pembentukan ikatan
kelompok. Moreno membedakan antara psikhe
group dan sosio group sebagai berikut:
·
Psikhe group
merupakan suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka, simpati,
atau antipati antar anggota
·
Sosio group merupakan kelompok yang terbentuk atas dasar
tekanan dari pihak luar.
Yennings menambahkan bahwa
pelaksanaan tugas akan lebih lancar apabila pembentukan Sosio group disesuaikan dengan Psikhe
group, dengan memperhatikan
faktor-faktor efisiensi kerja dan kepemimpinan dalam kelompok.
C. FUNGSI DINAMIKA KELOMPOK
1. Individu satu dengan yang lain akan
terjadi kerjasama saling membutuhkan (individu tidak dapat hidup sendiri di
dalam masyarakat)
2. Dinamika kelompok memudahkan segala
pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada saling bantu antara anggota satu dengan
anggota yang lain)
3. Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan
yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan
yang terlalu besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur
secara tepat, efektif dan efisien (dalam dinamika kelompok pekerjaan besar akan
dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-masing)
4. Meningkatkan masyarakat yang demokratis,
individu satu dengan yang lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi
dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.
D. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KELOMPOK
Terbentuknya
kelompok karena adanya persamaan dalam kebutuhan akan berkelompok, dimana
individu memiliki potensi dalam memenuhi
kebutuhan dan setiap individu memiliki keterbatasan, sehingga individu akan
meminta atau membutuhkan bantuan individu yang lain untuk mengatasinya.
Kelompok
merupakan tujuan yang diharapkan dalam proses dinamika kelompok, karena jika
hal tersebut tercapai, maka dapat dikatakan salah satu tujuan proses
transformasi dapat berjalan dengan baik. Indikator yang dijadikan pedoman untuk
mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah sebagai berikut:
1. Adaptasi
Setiap individu terbuka untuk
memberi dan menerima informasi yang baru. Setiap kelompok, tetap selalu terbuka
untuk menerima peran baru sesuai dengan hasil dinamika kelompok tersebut. Di
samping itu proses adaptasi juga berjalan dengan baik yang ditandai dengan
kelenturan setiap anggota untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan
anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu
2. Pencapaian tujuan
Setiap anggota mampu menunda
kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama, mampu
membina dan memperluas pola, serta individu mampu terlibat secara emosional
untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.
Perkembangan
kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana
komunikasi dalam kelompok. Perkembangan kelompok dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu:
a.
Tahap pra afiliasi
Merupakan tahap permulaan dengan diawali
adanya perkenalan dimana semua individu akan saling mengenal satu dengan yang
lain, kemudian berkembang menjaadi kelompok yang sangat akrab dengan mengenal
sifat dan nilai masing-masing anggota.
b.
Tahap Fungsional
Tahap ini tumbuh ditandai adanya perasaan
senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan dan
kekompakan dalam kelompok. Maka akan terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi
kelompok.
c.
Tahap Disolusi
Tahap ini terjadi apabila keanggotaan
kelompok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok, tidak
tercipta kekompakan karena perbedaan pola hidup, sehingga percampuran yang
harmonis tidak terjadi dan akhirnya terjadi pembubaran kelompok.
Perkembangan kelompok sebenarnya banyak
dikemukakan oleh para ahli. Clark
(1994) mengemukakan perkembangan kelompok ke dalam tiga fase, yaitu:
a.
Fase orientasi
Individu
masih mencari/dalam proses penerimaan dan menemukan persamaan serta perbedaan
satu dengan lainnya. Pada tahap ini belum dapat terlihat sebagai kesatuan
kelompok, tapi masih tampak individual.
b.
Fase bekerja
Anggota sudah
mulai merasa nyaman satu dengan lainnya, tujuan kelompok mulai ditetapkan.
Keputusan dibuat melalui mufakat daripada voting. Perbedaan yang ada ditangani
dengan adaptasi satu sama lainnya dan pemecahan masalah daripada dengan
konflik. Ketidaksetujuan diselesaikan secara terbuka.
c.
Fase terminasi
Fokus pada
evaluasi dan merangkum pengalaman kelompok. Ada perubahan perasaan dari sangat
frustasi dan marah menjadi sedih atau puas, tergantung pada pencapaian tujuan
dan pembentukan kelompok (kesatuan kelompok)
Tuckman dan Jensen membagi perkembangan
kelompok dalam 6 fase, dimana terdapat perbedaan perilaku tim dan perilaku
pemimpin sebagai berikut:
Fase
|
Perilaku tim
|
Perilaku pemimpin
|
Orientation
|
Ragu, belum familiar, belum saling
percaya, belum ada partisipasi
|
Mendefinisikan misi kelompok, tipenya
masih memberi instruksi, membuat skema tujuan
|
Forming
|
Menerima satu sama lain, belajar
ketrampilan komunikasi, mulai
termotivasi
|
Rencana/fokus pada masalah, role model
yang positif, mendorong adanya partisipasi
|
Storming
|
Semangat tim berkembang, mulai membangun
kepercayaan, konflik mungkin muncul, terkadang tidak sabar dan frustasi
|
Evaluasi gerakan kelompok, fokus pada
tujuan, penyelesaian konflik, menentukan tujuan
|
Norming
|
Kenyamanan meningkat, identifikasi
tanggung jawab, interaksi tim efektif, resolusi konflik
|
Fokus pada tujuan, menyertai proses, memberikan dorongan pada
tim
|
Performing
|
Tujuan yang jelas, adanya
kohesi/kesatuan, pemecahan masalah
|
Beraksi seperti anggota kelompok, dorongan meningkatkan tanggung jawab,
mengukur hasil
|
Terminating
|
Angota tersebar, tim akhirnya mencapai
tujuan
|
Perayaan dan penghargaan, memperkuat
kesuksesan.
|
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KELOMPOK
Faktor-faktor ini dikemukakan oleh Mc. Gregor (1960):
·
Atmosfer
, atmosffer yang rileks dan nyaman bebas dari tekanan, dimana tiap individu
dapat berinteraksi dan terlibat
·
Diskusi,
fokus pada tiap orang berpartisipasi
·
Tujuan/obyektif,
dipahami secara jelas dan diterima oleh anggota kelompok
·
Listening,
anggota akan aktif mendengar anggota lain
·
Disagreement/pertentangan,
jika ada perselisihan pendapat, kelompok merasa nyaman untuk menghadapi
semuanya
·
Keputusan,
dibuat dengan konsensus/persetujuan
umum/mufakat
·
Critisim,
terbuka, tidak ada agenda disembunyikan, sehingga anggota merasa nyaman
·
Feeling,
dapat diekspresikan dengan bebas
·
Action,
secara jelas ditegaskan dan anggota berkomitmen
·
Leadership,
fleksibel, tidak ada perebutan kekuasaan
·
Kesadaran
diri, kelompok penuh dengan cara kerja.
F. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN DALAM KELOMPOK
Keunggulan/kelebihan kelompok:
· Adanya
sifat keterbukaan antar angota
·
Adanya
kemauaan angota kelompok, yang mengutamakan kepentingan kelompok
·
Adanya
kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan pengalaman
·
Pengetahuan
dan kemampuan tanpa meninggalkan kaidah dan norma yang telah disepakati
kelompok
Kelemahan dalam kelompok:
·
Waktu
penugasan
·
Tempat
atau jarak anggota kelompok yang berjauhan
G. PENERAPAN KONSEP
DINAMIKA KELOMPOK
- Kelompok Sebaya (peer
group)
Dalam kelompok sebaya, individu
akan merasakan adanya kesamaan satu dengan lainnya (usia, kebutuhan, dan
tujuan). Kelompok sebaya tidak mementingkan struktur organisasi, namun diantara
anggota kelompok merasakan adanya tangung jawab atas keberhasilan dan kegagalan
kelompok.
Ciri-ciri kelompok sebaya:
- Tidak
mempunyai struktur organisasi yang jelas
- Bersifat
sementara
- Mengajarkan
individu tentang kebudayaan yang luas
- Anggotanya
adalah individu yang sebaya
Fungsi kelompok sebaya:
·
Mengajarkan
kebudayaan
·
Mengajarkan
mobilitas sosial
·
Membantu
peranan sosial baru
·
Kelompok
sebaya sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru, bahkan untuk
masyarakat
·
Individu
dapat mencapai ketergantungan satu sama lain
·
Kelompok
sebaya mengajar moral orang dewasa
·
Individu
dapat mencapai kebebasan sendiri
- Masyarakat (community)
Menurut Soerjono Soekanto, istilah community dapat
dterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”. Istilah yang menunjuk pada warga suatu desa,
sebuah kota, suku, atau suatu bangsa. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat
setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial, yang ditandai oleh derajat
hubungan sosial tertentu.
Ciri-ciri community:
· Adanya
daerah/batas tertentu
· Manusia yang bertempat tinggal
· Kehidupan masyarakat
· Hubungan sosial antara anggota kelompoknya
Komponen community:
· Masyarakat sebagai kelompok atau himpunan
orang-orang yang hidup bersama terjalin satu sama lain ketika orang-orang
tersebut menjadi anggotanya
· Kebudayaan sebagai alat pemuasan kebutuhan
manusia, baik jasmani maupun rohani
· Kekayaan alam sebagai sumber materi bagi
kelangsungan hidup manusia
H. PENTINGNYA DINAMIKA KELOMPOK DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING.
Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk mencapai
tujuan bimbingan dan konseling melalui layanan bimbingan kelompok. Bimbingan
dan konseling kelompok bermaksud memanfaatkan dinamika kelompok sebagai media
dalam upaya membimbing individu-individu yang memerlukan. Media dinamika
kelompok ini adalah unik dan hannya dapat ditemukan dalam suatu kelompok yang
benar-benar hidup. Kelompok yang hidup selalu bergerak, aktif dan berdenyut.
Dalam bimbingan kelompok dinamika kelompok dengan sengaja ditumbuh kembangkan,
yang semula masih sangat lemah atau belum ada sama sekali, ditumbuhkan dan
dikembangkan sehingga menjadi kuat.
Konselor yang menyelenggarakan
bimbingan kelompok sangat berkepentingan dengan pengembangan dinamika kelompok
dalam kelompok terebut. Bahkan pengembangan dinamika kelompok merupakan tugas
utama. Tanpa berkembangnya dinamika kelompok sampai taraf keefektifan tertentu
tidak dapat diharapkan kegiatan bimbingan akan menimbulkan hasil sebagaimana
diharapkan.
Peserta yang terlibat bdinamika
kelompok dalam bimbingan kelompok akan dapat mencapai tujuan yaitu mendapatkan
kesempatan untuk mengembangkan diri dan diperolehnya kemampuan-kemampuan
sosial. Dari segi lain, di peroleh berbagai pengalaman, informasi, wawasan,
pemahaman, nilai, dan sikap serta berbagai alternatif yang akan memperkaya dan
mungkin dapat mereka praktekan dalam kehidupan sehari-hari.
Layanan kelompok dalam bimbingan
dan kelompok tidaklah mementingkan hasil yang berupa kesimpulan-kesimpulan.
Yang penting dalam bimbingan dan kelompok adalah apakah individu-individu
anggota kelompok telah memperoleh sesuatu yang bergguna bagi perkembangan
dirinya berkat keikutsertaan mereka masing-masing dalam kegiatan kelompok.
Bimbingan dan konseling kelompok lebih mengutamakan proses, yaitu berperannya
dinamika kelompok terhadap pengembangan pribadi peserta, daripada hanya sekedar
kesimpulan-kesimpulan hasil bahasan.
DAFTAR PUSTAKA
Ratna, S.,dkk. 2003. Dinamika Kelompok. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Santosa, S. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: PT Bumi Aksara
Emilia, O.,dkk. 2000. Panduan Pelaksanaan Latihan Dinamika Kelompok. Yogyakarta: Tim
Pelaksana Inovasi Pendidikan FK UGM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar