Minggu, 09 Juni 2013

Teori Konseling Behavioristik Krumboltz

Teori Konseling Behavioristik Krumboltz

A.    Teori konseling behavioristik (John D. Krumboltz 1946)
Konseling behavioristik menurut Winkel (1991: 397) berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia yang sebagian bersifat falsafa dan sebagian lagi bersifat psikologis yaitu:
1.      Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik buruk, tepat atau salah. Itulah yang merupakan cirri khas pada kepribadian.
2.      Manusia mampu untuk mengatur dan mengontrol perilakunya sendiri.
3.      Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri, menangkap apa yang dilakukannya.
4.      Manusia dapat empengaruhi perilaku orang lain dan dirinya dapat dipengaruhi oleh perilaku orang lain.

Atas dasar diatas konselor harus dapat mengarahkan perilaku-perilaku klien.
1.      Konsep pokok
Hal yang mendasar dalam konseling behavior adalah prinsip penguatan sebagai suatu kreasi dalam upaya memperkuat atau memdukung suatu perilaku yang dikehendaki. Jadi perubahan tingkah laku seseorang diperoleh karena adanya belajar dan yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning adalah adanya latihan-latihan yang kontineu
2.      Proses konseling
Menurut Krumboltz dan Thoresan, konseling behavior merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu. Menurut Krumbolt dalam konseling pemahaman itu diperlukan akan tetapi tidak mutlak karena yang penting adalah klien harus belajar untuk menyelesaikan kesulitannya dan pemahaman hanya diperlukan pada saat membentuk pengalaman belajar.
3.      Teknik teori
Konseling behavioris ini digunakan John D. Krumboltz untuk mengubah prilaku klien supaya dapat memecahkan masalahnya dengan cara memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Karena krumboltz memandang bahwa prilaku klien merupakan hasil dari belajar. Dalam teori konseling ini menggunakan empat pendekatan:
a.       Pendekatan operant lerning. Hal yang penting adalah penguatan yang dapat menghasilkan perilaku klien yang dikehendaki.
b.      Metode unitatif lerning atau sosial modeling. Diterapkan oleh konselor dengan merancang suatu perilaku adaptif yang dapat dijadikan model oleh klien. Seperti video, film, orang atau biografi.
c.       Metode kognetif learning merupakan metode yang berupa pengajaran secara verbal, kontrak antara konselor dan klien.
d.      Metode emotional learning. Diterapkan pada individu yang mengalami suatu kecemasan.

Dengan menggunakan teori behavioristik diharapkan konselor mampu membantu klien dalam melakukan perubahan tingkah laku yang mungkin apabila tingkah laku tersebut tidak di ubah, masalah-masalah yang dihadapi klien tidak akan terselesaikan. Krumboltz et al. juga memberikan beberapa observasi untuk konseling karir sebagai berikut:
1.    Pembuatan keputusan karir merupakan keterampilan yang dipelajari.
2.    Individu yang mengaku telah melakukan pilihan karir memerlukan bantuan juga (pilihan karirnya mungkin telah dilakukan berdasarkan informasi yang tidak akurat dan alternative yang keliru).
3.    Keberhasilan diukur berdasarkan keterampilan yang telah ditunjukkan mahasiswa dalam membuat keputusan (diperlukan evaluasi terhadap keterampilan membuat keputusan).
4.    Klien berasal dari berbagai macam kelompok.
5.    Klien tidak usah merasa bersalah jika mereka tidak yakin tentang karir apa yang harus dimasukinya.
6.    Tidak ada satu okupasi yang dapat dipandang tepat untuk semua orang.

B.     Teori Pengambilan Keputusan Behavioral (Krumboltz)
Pada tahun 1979 teori Krumboltz, berdasarkan teori pembelajaran sosial Albert Bandura (1977), diperkenalkan. Meskipun ide Bandura mengenai perolehan perilaku telah berubah sampai pada beberapa tingkat tertentu (contoh, Bandura, 1986), Krumboltz tidak membuat perubahan yang berarti dalam teorinya. perbedaan antara teori-teori yang berasal dari teori pembelajaran dan teori kepribadian-dan-faktor adalah teori tersebut tidak begitu memperhatikan peran kepribadian, seperti minat dan nilai-nilai, dalam proses pengambilan keputusan karir. tetapi lebih memfokuskan pada proses pembelajaran yang mengarahkan pada keyakinan dan minat diri serta bagaimana hal ini mempengaruhi proses pengambilan keputusan karir.
Teori ini bermaksud menjawab pertanyaan mengapa orang memasuki lapangan pekerjaan tertentu, mengapa pada tahap tertentu perkembangan orang tertentu. Munculnya teori ini berasal dari teori belajar social umum yang tokoh utamanya adalah A. Bandura. Teori belajar social ini sendiri berkembang dari teori behaviorisme dan teori tentang penguatan. Teori krumboltz, menganggap penting pribadi dan lingkungan sebagai factor-faktor yang menetukan keputusan orang tentang karir. Faktor individu berkenaan dengan apa yang sudah ada pada diri seseorang, seperti jenis kelamin, rupa atau tampakan fisik dan kemampuan-kemampuan unsur bawaan. Sehubungan dengan karier, lingkungan mencakup lingkungan kerja, pasar kerja, syarat kerja, peraturan dan undang-undang kerja, serta hal-hal lain di dalam masyarakat, yang berpengaruh pada kehidupan kerja seperti adat kebiasaan, perang, politik, ekonomi. Pribadi dan lingkungan berinteraksi, dan interaksi ini menimbulkan pandangan diri orang yang bersangkutan dan ini mempengaruhi tingkah laku kerjanya. Kelangsungan tingkah laku ini dibentuk oleh penguatan (gamjaran) atau hukuman.
            Teori belajar sosial menyatakan bahwa, kepribadian dan tingkah laku orang itu, lebih merupakan hasil belajar dari pada hasil pembawaan dari lahir. Orang  yang mengalami kejadian yang mengganjar atau sebaliknya dan di dalam kontak itu, individu merespons terhadap kejadian yang dialaminya tersebut.
            Teori Krumboltz yang disebutkan secara umum di atas, mengenali empat kategori faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karier sesorang yaitu, factor-faktor genetik, lingkungan, belajar, dan ketrampilan menghadapi tugas atau masalah.
1.       Faktor Genetik
Faktor ini dibawa sejak lahir berupa wujud dan keadaan fisik dan kemampuan. Keadaan ini bisa membatasi preferensi dan ketrampilan seseorang untuk menyusun rencana pendidikan dan akhiranya untuk bekerja. Teori ini mengatakan bahwa orang-orang tertentu terlahir memiliki kemampuan, besar atau kecil, untuk memperoleh manfaat dari pengalaman pergaulannya dengan lingkungan, sesuai dengan keadaan dirinya. Kemampuan- kemampuan khusus seperti kecerdasan, bakat, music, demikianpun gerak otot, merupakan hasil interaksi pradisposisi bawaan dengan lingkungan yang dihadapi seseorang.

2.       Kondisi Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh pada pengambilan kerja, berupa kesempatan kerja, kesempatan pendidikan dan pelatihan, kebijaksanaan dan prosedur seleksi, imbalan, undang-undang, dan peraturan perburuhan, peristiwa alam, sumber alam, kemajuan teknologi, perubahan dalam organisasi sosial, sumber keluarga, sistem pendidikan, lingkungan tetangga dan masyarakat sekitar, pengalaman belajar. Faktor-faktor ini umumnya ada di luar kendali individu, tetapi pengaruhnya bisa direncanakan atau tidak bisa direncanakan.
3.       Faktor Belajar
Kegiatan yang paling banyak dilakukan manusia adalah belajar. Pengalaman belajar ini mempengaruhi tingkah laku dan keputusan orang, antara lain tingkah laku pilihan pekerjaan. Ada dua jenis belajar, yaitu belajar instrumental dan asosiatif. Belajar instrumental ialah belajar yang terjadi melalui pengalaman orang waktu berada di dalam suatu lingkungan dan ia mengerjakan langsung lingkungan itu, dan ia mendapatkan sesuatu sebagai hasil dari tindak perbuatannya itu, yaitu hasil yang dapat diamatinya. Tiga komponen penglaman belajar ini adalah antiseden ialah segala sesuatu mengenai diri, lingkungan, kejadian yang hadir sebelum, atau mendahului, dan ada sangkut pautnya dengan perbuatan (respons). Respons perbuatan ialah apa yang dilakukan orang, baik yang tampak maupun yang tidak. Konsekuensi ialah segala apa yang terjadi setelah perbuatan dilakukan atau tindakan diambil, yang kelihatan langsung sebagai hasil atau akibat yang tidak kelihatan.
Pebuatan belajar asosiatif ialah pengalaman di mana orang mengamati hubungan antara kejadian-kejadian dan mampu memprediksi apa konsekuensinya. Individu  melihat hubungan antara stimulus-stimulus yang ada di lingkungan. Belajar dengan  mengamati model yang sebenarnya atau  model fiksi termasuk jenis pengalaman belajar asosiatif. Stimulus netral kalau dipasangkan dengan stimulus yang mengandung emosi positif, maka stimulus netral itu akan memiliki sifat positif juga dalam pikiran si pengamat. Model fiksi itu bisa berupa ucapan orang, atau bacaan. Seseorang tidak menyukai karier perawat, sebagai asosiasi atau atas putus cintanya karena merasa dikhianati oleh seorang gadis yang sudah bekerja sebagai bidan.
4.       Keterampilan menghadapi tugas (task-approach skills)
Ketrampilan ini dicapai sebagai buah interaksi atau pengalaman belajar, ciri genetik, kemampuan khusus (bakat), dan lingkungan. Termasuk di dalam keterampilan ini adalah standar kinerja, nilai kinerja, kebiasaan kerja, proses persepsi dan kognitif (perhatian, daya ingat), set mental dan respon emosional. Dalam pengalamannya, individu menerapkan keterampilan ini untuk menghadapi dan menangani tugas-tugas baru.

Konsep lain dalam teori Krumboltz adalah Generalisasi Observasi-Diri Self-Obsrvation Generalization) dan Generalisasi Pandangan dunia (World-View Generalization). Generalisasi observasi diri adalah generalisasi yang ditarik pada hasil belajar. Orang itu terus-menerus melihat melihat dirinya, yaitu sikapnya, keterampilannya, dan menilai apa-apa yang dilakukan dan bagaimana kinerjanya. Generalisasi pandangan atas dunia, timbul sebagai hasil belajar dari pengalaman ketika orang berhubungan dengan atau berada di dalam lingkungan. Generalisasi ini berguna untuk mengamalkan apa yang akan terjadi di dalam lingkungan lain atau di waktu yang akan datang.

C.     Keterampilan Mengancang Tugas dan Pengambilan Keputusan Karir
Menurut Krumboltz dan Baker (Mitchell dan Krumboltz, 1984), hal yang penting dalam pengambilan keputusan kerja adalah kemampuan untuk:
1.      Mengenal situasi keputusan penting.
2.      Menentukan apa keputusan atau tugas yang dapat dikelola dan yang realistis.
3.      Memeriksa dan menilai secara cermat dan tepat generalisasi observasi-diri dan generalisasi pandangan atas dunia.
4.      Menyusun alternate-alternatif yang luas dan beragam.
5.      Mengumpulan informasi yang diperlukan tentang alternatif-alternatif itu.
6.      Menentukan sumber observasi mana yang paling andal, cermat, dan relevan.
7.      Merencanakan dan melaksanakan urutan langkah-langkah pengambilan keputusan tersebut.

Menurut teori belajar, dalam pengambilan keputusan karir, orang berada di lingkungan tertentu, dengan membawa ciri-ciri bawaan dari keturunannya dan menghadapi berbagai pengalaman belajar. Orang memang tidak bisa mengatur sifat bawaannya, tetapi bisa mempengaruhi lingkungan dan pengalaman belajarnya. Ini kemudian menimbulkan pengalaman-pengalaman baru dan pengambilan keputusan berikutnya.
Teori belajar tentang keputusan karir berguna untuk mengenali kondisi-kondisi lingkungan dan peristiwa yang memberikan pengalaman belajar kepada seseorang untuk menyusun rencana karir. Teori ini tidak menentukan urutan langkah-langkah tertentu yang harus ditempuh, karena ada banyak jalan yang bisa membawa orang ke keberhasilan menyusun rencana. Hal yang penting adalah bahwa jalan itu memberikan kepuasan. Teori Krumboltz termasuk dalam pendekatan belajar sosial untuk perkembangan karir.

Kesimpulannya, individu dilahirkan ke dunia dengan karakteristik generik tertentu: ras, jenis kelamin, dan kemampuan atau ketidakmampuan khusus. Seiring dengan berjalannya waktu, individu mengahadapi peristiwa-peristiwa dan kondisi lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya. Kesuksesan-kesuksesan dan kegagalan-kegagalan yang tumbuh dalam kondisi ini mempengaruhi individu dalam memilih serangkaian tindakan dalam pengalaman-pengalaman pembelajaran selanjutnya, meningkatkan kecenderungan untuk membuat pilihan serupa dengan yang telah dilakukan yang mengarahkan kepada kesuksesan dan menghindari pilihan-pilihan serupa yang mengakibatkan kegagalan. Proses ini dipesulit dengan aspek ketidakstabilan karena indiviu berubah sebagai hasil dari serangkaian pengalaman belajar yang terus berlanjut, dan situasi juga berubah karena dinamika kondisi-kondisi lingkungan, budaya dan sosial.
Krumboltz et al. menekankan bahwa pengalaman belajar yang unik dari masing-masing individu selama hidupnya menyebabkan berkembangnya pengaruh-pengaruh primer yang mengarahkan pilihan karirnya. Pengaruh tersebut mencakup:
1.      penggeneralisasian self berdasarkan pengalaman dan kinerja yang terkait dengan standar yang dipelajari.
2.      keterampilan yang dipergunakan dalam menghadapi lingkungan, dan
3.      perilaku memasuki karir seperti melamar pekerjaan atau memilih lembaga pendidikan atau pelatihan
Pembentukan keyakinan dan generalisasi individu merupakan hal yang sangat penting dalam model social-learning. Peranan konselor adalah menelusuri asumsi-asumsi dan keyakinan individu dan mengeksplorasi alternative keyakinan dan tindakan yang perlu dilakukan. Membantu individu memahami sepenuhnya validitas keyakinan individu merupakan komponen utama model social-learning. Secara spesifik, konselor sebaiknya berusaha mengatasi masalah-masalah berikut:
1.      Individu mungkin tidak dapat mengakui bahwa masalah yang dihadapinya dapat diatasi (mereka berasumsi bahwa sebagian besar masalah merupakan bagian dari kehidupan yang normal dan tidak dapat diatasi).
2.      Individu mungkin tidak dapat melakukan upaya yang dibutuhkan untuk membuat keputusan atau memecahkan masalah (mereka tidak banyak berusaha mengeksplorasi alternatif).
3.      Individu mungkin tidak menyadari adanya alternative yang memuaskan (mereka melakukan overgeneralisasi asumsi yang salah).
4.      Individu mungkin memilih alternative yang buruk atau alas an yang tidak tepat (individu tidak mampu mengevaluasi karir secara realistic karena keyakinan yang salah dan ekspektasi yang tidak relistik).
5.      Individu mungkin mengalami kekecewaan dan kecemasan akibat persepsi bahwa mereka tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkannya (tujuannya mungkin tidak realistik atau konflik dengan tujuan lain).

D.    Status dan Kegunaan Teori Krumboltz
Teori Krumboltz (Krumboltz, 1996; Mitchell & Krumboltz, 1996) hanya menarik perhatian sebagian kecil peneliti dan praktisi meskipun banyak yang merekomendasikannya. Teori ini cukup atraktif sebagai dasar konseling karir. Krumboltz menolak gagasan tradisional bahwa tujuan konseling karir adalah untuk memilih pekerjaan berdasarkan karakter personal pembuat keputusan. Tetapi, Krumboltz menyarankan bahwa tujuannya adalah untuk memfasilitasi perolehan pengetahuan tentang diri dan skill yang dibutuhkan untuk menangani dunia yang selalu berubah yang dipenuhi dengan ketidakpastian. Dia mengembangkan Career Beliefs Inventory (Krumboltz, 1991) dan buku catatan yang menyertainya (Levin, Krumboltz, & Krumboltz, 1995) untuk membantu pembaca mengidentifikasi keyakinan mereka dan memadukannya dengan minat mereka. Menurut Krumboltz, Individu yang tidak belajar untuk mengambil keuntungan dalam kesempatan pembelajaran yang diberikan kepada mereka dalam pelatihan dasar berkelanjutan cenderung untuk membuat keputusan tidak bagus. Yang paling penting, konseling karir harus menyiapkan klien untuk mengenali dan mengambil keuntungan dari kesempatan pembelajaran yang diberikan pada mereka. Konseling karir harus dilakukan dengan empat pertimbangan.
1.      Para klien harus siap untuk mengembangkan pengetahuan dan keahlian mereka dibandingkan keadaan mereka ketika pertama kali mereka masuk proses konseling. Konselor karir harus membantu klien untuk memetakan status mereka dan memberikan garis besar rencana untuk perubahan dan pengembangan. Dengan adanya rencana untuk berubah. Para klien mengembangkan struktur kesempatan mereka.
2.      Para klien harus siap dengan sebuah kondisi umum pekerjaan yang sedang berubah.
3.      Meskipun diagnosa permasalahan pengembangan karir saat ini adalah sebuah langkah dalam proses konseling karir, hal ini tidak cukup. Para klien harus didorong untuk menghadapi tekanan dunia yang selalu berubah.
4.      Para konselor karir harus lebih fokus dan membantu klien menangani serangkaian masalah pekerjaan yang meeka hadapi. Klien harus memahami nilai dan hal yang memuaskan mereka. Mereka harus meraih kontrol hidup mereka, untuk mampu menangani permasalahan di tempat kerja, termasuk bagaimana maju di tempat kerja dan rencana untuk berhenti.


DAFTAR PUSTAKA


Munandir. 1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta: Jalan Pintu Satu.

Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Koseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: Andi Offset.



Marniawarih, Dayang. 2010. http://bismillah-nonong.blogspot.com/2010/04/teori-teori-konseling.html. Diunduh tanggal 25 September 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar