Minggu, 09 Juni 2013

Pengertian dan Gejala Kesulitan Belajar

PENGERTIAN DAN GEJALA KESULITAN BELAJAR

A.    PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengfalaminya, dan dapat bersifat sosiologis, psikologis ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses beljarnya. Orang yang mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil belajar akan mendapat hasil dibawah semestinya.
Kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas dan kedalamannya termasuk pengertian-pengertian seperti:
1.      Learning Disorder (ketergantungan belajar)
Keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Sehingga hasil belajar yang dicapai akan lebih rendah dari potensi yang dimiliki.
2.      Learning Disabilities (ketidakmampuan belajar)
Ketidakmampuan seorang murid yang mengacu kepada gejala dimana murid tidak mampu belajar (menghindari belajar), sehingga hasil belajarnya dibawah potensi intelektualnya.
3.      Learning Disfunction (ketidakfungsian belajar)
Menunjukkan gejala dimana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat indera atau gangguan-gangguan psikologis lainnya.
4.      Under Arhiever (pencapaian rendah)
Mengacu kepada murid murid yang memiliki tingkat potensi intelektual diatas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
5.      Slow Learner (lambat belajar)
Murid yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang memiliki taraf potensial intelektual yang sama.

Ciri-ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar antara lain:
1.      Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimiliki.
2.      Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada murid yang sudah berusaha untuk belajar dengan giat, tetapi nilai yang dicapai selalu rendah.
3.      Lambat dalam melakukan tugas tugas kegiatan belajar. Selalu tertinggal dari kawan-kawan dalam menyelesaikantugas sesuai dengan waktu yang ditentukan.
4.      Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura , dusta dan sebagainya.
5.      Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti membolos, datang terlambat tidak mengerjakan tugas, mengganggu didalam atau diluar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib, mengasingkan diri, tidak mau bekerjasama dan sebagainya.
6.      Menunjukan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira dalam menghadapi nilai yang rendah tidak menunjukkan perasaan sedih dan menyesal dan sebaginya.

Burton mengidentifikasi seseorang murid dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar diidentifikasikan oleh H.W. Burton (dalam Mulyadi, 2008) adalah sebagai berikut:
1.      Murid dikatakan gagal apabila dalam bataswaktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan minimal dalam pelajaran tertetu seperti yang telah ditetapkan oleh guru. Murid yang demikian tergolong kedalam “lower group”.
2.      Murid dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, intelegansi, bakat yang ia ramalkan akan bisa mengerjakan atau mencapai prestasi tersebut. Murid yang demikian tergolong “under achiever”.
3.      Murid dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial. Murid yang demikian tergolong “slow learner”.
4.      Murid dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai persyaratan bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya. Murid yang demikian tergolong “slow learner”.
Dari keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang murid dapat diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu dalam batas-batas waktu tertentu.

B.     PATOKAN GEJALA KESULITAN BELAJAR
Dengan patokan (kriteria) ini akan dapat ditentukan batas dimana individu dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Kemajuan belajar individu dapat dilihat dari segi tujuan yang harus dicapai, tingkat pencapaian hasil belajar dibandingkan potensinya, kedudukan dalam kelompok yang memiliki potensi yang sama dan dapat dilihat dari kepribadiannya. Berdasarkan hal ini, patokan kesulitan belajar dapat ditentukan seperti dibawah ini:
1.      Tingkat Pencapaian Tujuan
Hasil belajar yang dicapai akan merupakan ukuran tingkat pencapaian tujuan tersebut. Secara statistik berdasarkan “distribusi normal”  seorang dikatakan berhasil, jika dapat menguasai sekurang kurangnya  60% dari tujuan yang harus dicapai. Teknik yang dapat dipakai ialah dengan menganalisis prestasi belajar dalam bentuk nilai hasil belajar. Diperkirakan anak yang penguasaannya kurang dari 60% mengalami kesulitan belajar. Misalnya seorang guru bidang studi melihat ada 10 dari 50 murid yang mendapat nilai kurang dari 6. Maka 10 murid tersebut diperkirakan mengalami kesulitan belajar, sehingga guru dapat menganalisis lebih lanjut agar dapat memberikan bimbingan secara tepat.
2.      Perbandingan antara Potensi dengan Prestasi
Prestasi belajar yang dicapai seorang murid tergantung pada tingkat potensinya (kemampuan) baik yang berupa bakat maupun kecerdasan. Anak yang mempunyai potensi tinggi cenderung dapat memperoleh prestasi yang lebih tinggi pula, dan sebaliknya anak yang memiliki potensi rendah akan mendapat prestasi yang rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dan prestasi yang dicapai, dapat diperkirakan sejauh mana anak dapat mewujudkan potensinya. Murid yang mendapat kesulitan belajar ialah jika terdapat perbedaan yang besar antara prestasi dan potensi. Misalnya seorang muridmemiliki tingkat IQ 180, tetapi ternyata mendapat nilai yang rendah dalam setiap mata pelajaran.
3.      Kedudukan dalam Kelompok
Murid diperkirakan mengalami kesulitan beajar jika menduduki urutan paling bawah dari kelompoknya. Melalui teknik ini guru dapat mengurutkan seluruh murid berdasarkan nilai yang dicapai mulai dari nilai yang tertinggi sampai nilai yang paling rendah, sehingga tiap murid memperoleh nomor urut prestasi. Mereka yang menduduki sebanyak 25% dari bawah dianggap mengalami kesulitan belajar. Misalnya ada 60 murid dan telah diurutkan kedudukannya berdasarkan prestasi (nilainya) maka yang menghadapi kesulitan belajar adalah 15 murid yang berada diurutan bawah.
4.      Tingkah Laku yang Nampak
Hasil belajar yang dicapai oleh seorang murid akan nampak pada tingkah lakunya. Setiap proses belajar mengajar akan menghasilkan perubahan dalam aspek-aspek tingkah lakunya. Murid yang tidak berhasil dalam belajar akan menunjukan pola tingkah laku yang menyimpang. Misalnya menunjukkan sifat acuh tak acuh, melalaikan tugas, menentang, membolos, menyendiri, dusta, kurang motivasi serta gangguan emosional lainnya.

Sumber:

Mulyadi. (2012). Diagnosis Kesulitan Belajar. Yogjakarta : Nuha Litera

Tidak ada komentar:

Posting Komentar