Minggu, 09 Juni 2013

APTL (Modeling)

ANALISIS PERUBAHAN TINGKAH LAKU
MODELING

A.    Pengertian Perilaku :
Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya
Perilaku mempunyai beberapa dimensi:
ü  fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan intensitasnya
ü  ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik maupun sosial) dimana perilaku itu  terjadi
ü  waktu, suatu perilaku mempunyai  kaitan dengan masa lampau maupun masa yang akan datang
Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. Perubahan perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa didalam lingkungan yang menyebabkan perilaku tersebut
Perilaku dapat bersifat covert ataupun overt :
ü  overt artinya nampak (dapat diamati dan dicatat)
ü  covert artinya tersembunyi (hanya dapat diamati oleh orang yang melakukannya)
Fokus pengubahan perilaku kepada perilaku yang dapat diamati (perilaku overt)
Pengubahan perilaku adalah suatu bidang psikologi yang berkaitan dengan analisa dan pengubahan perilaku manusia (Miltenberger,  Tahun 2001)
ü  analisa artinya mengidentifikasi hubungan fungsional antara lingkungan dengan perilaku tertentu untuk memahami alasan suatu perilaku terjadi
ü  pengubahan berarti mengembangkan dan mengimplementasikan prosedur  pengubahan perilaku untuk membantu orang merubah perilakunya (merubah peristiwa-peristiwa lingkungan yang mempengaruhi perilaku)
ü  Pengubahan perilaku adalah penerapan yang terencana dan sistematis dari prinsip belajar yang telah ditetapkan untuk mengubah perilaku mal adaptif (Fisher & Gochros, 1975)
ü  Perilaku maladaptif adalah perilaku yang mempunyai ciri sebagai berikut:
o   menimbulkan akibat yang tidak menyenangkan bagi pelaku maupun  lingkungannya
o   tidak sesuai dengan peranan dan fungsi individu  pelakunya, tidak sesuai dengan stimulus yang dimunculkan oleh lingkungannya

B.     Tujuan Pengubahan Perilaku :
a.       Membentuk atau meningkatkan perilaku yang tidak ada atau kurang dimiliki oleh individu.
b.      Mengurangi atau menghentikan perilaku yang berlebihan (behavioral excesses).
c.       Mengurangi atau menghentikan perilaku maladaptif dan memelihara atau meningkatkan perilaku adaptif.

C.    Pengertian Modeling :
Menurut Albert Bandura Modeling adalah proses belajar. Oleh karenya teorinya disebut teori belajar sosial, atau modeling. Prinsipnya adalah perilaku merupakan hasil interaksi resiprokal antara pengaruh tingkah laku, koginitif dan lingkungan. Singkatnya, Bandura menekankan pada proses modeling sebagai sebuah proses belajar. Bandura membuka perspektif baru dalam aliran behavioristik dengan menekankan pada aspek observasi dan proses internal individu. Bagi mereka yang beraliran kognitif, pandangan Bandura ini dirasakan lebih lengkap dibandingkan pandangan ahli behavioristik lainnya.
Teorinya ini juga didukung oleh percobaan eksperimental yang dapat dipertanggung jawabkan. Teori utama dari Albert Bandura Observational learning atau modeling adalah faktor penting dalam proses belajar manusia. Dalam proses modeling, konsep reinforcement yang dikenal adalah vicarious reinforcement, reinforcement yang terjadi pada orang lain dapat memperkuat perilaku individu. Self-reinforcement, individu dapat memperoleh reinforcement dari dalam dirinya sendiri, tanpa selalu harus ada orang dari luar yang memberinya reinforcement.
Modeling berakar dari teori Albert  Bandura dengan teori sosial. Penggunaan teknik modeling (penokohan) telah dimulai pada akhir tahun 50-an, meliputi tokoh nyata, tokoh melalui film, tokoh imajinasi (imajiner). Beberapa istilah yang digunakan adalah penokohan (modeling), peniruan (imitation), dan belajar melaui pengamatan (observational learning). Penokohan istilah yang menunjukkan terjadinya proses belajar melalui pengamatan (ovservation learning) terhadap orang lain dan perubahan terjadi melaui peniruan. Peniruan (imitation) menunjukkan bahwa perilaku orang lain yang diamati, yang ditiru, lebih merupakan peniruan terhadap apa yang dilihat dan diamati.
Terdapat beberapa tipe modeling, yaitu: modeling tingkah laku baru yang dilakukan melaui observasi terhadap model tingkah laku yang diterima melaui sosial individu memperoleh tingkah laku baru. Modeling mengubah tingkah laku lama yaitu dengan meniru tingkah laku model yang tidak diterima sosial akan  meperkuat atau memperlemah tingkah laku tergantung tingkah laku model itu diganjar atau dihukum. Modeling kondisioning banyak dipakai untuk mempelajari respons emosional. Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional yang mendapat penguatan. Muncul respons emosional yang sama dan ditujukan ke obyek yang ada didekatnya saat ia mengamati model.
D.    Proses Penting Modeling
·         Perhatin, harus fokus pada model. Proses ini dipengaruhi asosiasi pengamat dengn model,sifat model yang aktratif,arti penting tingkah laku yang diamati bagi pengamat
·         Representasi,yaitu tingkah laku yang akan ditiru harus disimbolisasi dalam ingatan. Baik bentuk verbal maupun gambar dan imajinasi. Verbal memungkinkan orang mengevaluasi secara verbal tingkah laku yang diamati, mana yang dibuang dan mana yang dicoba lakukan. Imajinasi memungkinkan dilakukan latihan simbolik dalam pikiran.
·         Peniruan tingkah laku model, yaitu bagaimana melakukanya? Apa yang harus dikerjakan? Apakah sudah benar? Hasil lebih pada pencapain tujuan belajar dan efikasi pembelajar.
·         Motivasi dan penguatan. Motovasi tinggi untuk melakukan tingkah laku model membuat belajar menjadi efektif. Imitasi lebih kuat pada tingkah laku yang diberi pengutan dari pada dihukum.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan penokohan (modeling):
·         Ciri model seperti; usia, status sosial, jenis kelamin, keramahan, dan kemampuan, penting dalam meningkatkan imitasi.
·         Anak lebih senang meniru model seusianya daripada model dewasa.
·         Anak cenderung meniru model yang standar prestasinya dalam jangkauanya.
·         Anak cenderung mengimitasi orang tuanya yang hangat dan terbuka. Gadis lebih mengimitasi ibunya.

E.     Prinsip – prinsip Modeling
·         Belajar bisa diperoleh melalui pengalaman langsung dengan mengamati
Tingkah laku orang lain  berikut konsekuensinya.
·         Kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencotoh tingkah laku model yang ada.
·         Reaksi – reaksi emosional yang terganggu bisa dihapus dengan mengamati orang lain yang mendekati obyek atau situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya.
·         Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman.
·         Status kehormatan model sangat berarti.
·         Individu mengamati seorang model dan dikuatkan untuk mencontoh tingkah laku model.
·         Modeling dapat dilakukan dengan model simbol melalui film dan alat visual lain.
·         Pada konseling kelompok terjadi model ganda kerena peserta bebas meniru perilaku pemimpin kelompok atau peserta lain.
·         Prosedur modeling dapat menggunakan berbagai teknik dasar modifikasi perilaku.



F.     Pengaruh Modeling
·         Pengambilan respons atau keterampilan baru dan memperlihatkannya dalamperilaku baru.
·         Hilangnya respons takut setelah melihat tokoh melakukan sesuatu yang menimbulkan rasa takut konseli, tidak berakibat buruk bahkan akibat positif.
·         Melaui pengamatan terhadap tokoh, seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu yang mungkin sudah diketahui atau dipelajari dan tidak ada hambatan.

G.    Macam-macam Penokohan
·         Penokohan nyata (live model) seperti:terapis,guru,anggota keluarga atau tokoh yang dikagumi dijadikann model oleh konseli.
·         Penokohan simbolik (syimbolic model) seperti: tokoh yang dilihat melaui film,video atau media lain.
·         Penokohan ganda (multiple model seperti: terjadi dalam kelompok,seorang anggota mengubah sikap dan mempelajarfi sikap baru setelah mengamati anggota lain bersikap.

H.    Langkah – langkah
·         Menetapkan bentuk penokohan (live model, syimbolic model, multiple model).
·         Pada live model, pilih model yang bersahabat atau teman sebaya konseli yang memiliki kesamaan seperti:usia,status ekonomi, dan penampilan fisik. Hal ini penting terutama bagi anak-anak.
·         Bila mungkin gunakan lebih dari satu model.
·         Kompeksitas perilaku yang modelnya harus sesuai dengan tingkat perilaku konseli.
·         Kombinasikan modeling dengan aturan, intruksi,behavioral reharsal, dan penguatan.
·         Pada saat konseli memperhatikan penampilan tokoh berikan penguatan alamiah.
·         Bila mungkin buat desain pelatihan untuk konseli meenirukan model secara tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada penguatan alamiah.
·         Bila perilaku bersifat kompleks, maka episode modeling dilakukan mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar.
·         Skenario modeling harus dibuat realistik.
·         Melakukan pemodelan dimana tokoh menunjukkan perilaku yang menimbulkan rasa takut bagi konseli (dengan sikap manis, perhatian bahas yang lembut dan perilaku yang menyenangkan konseli).

I.       Tindakan nyata sebagai model perilaku
Sebagaian besar psikologi menekankan bahwa ‘tingkah laku’ menarik pada tindakan-tindakan yang jelas, sebagai prasarat untuk memperoleh perilaku-perilaku yang baru. Sesuai dengan alasan ini itu prasyarat untuk memperole perilaku-perilaku baru. Anutan garis penalaran ini, kecuali pembelajar minim belajar pada perilaku, dia tidak memperoleh perilaku perilaku baru. Suatu asumsi yang terkait untuk konsekuensi dari tindakan-tindakan peran penting di dalam pelajaran perilaku-perilaku yang baru. Secara kontras bahwa perilaku tersebut sudah difokuskan pada asumsi-asumsi, bahwa manusia belajar sering kali terjaadi melalui pengamatan perilaku seseorang.
Peran dari model sosial pada pembelajaran manusia secara ekstensif dipelajari oleh miller Dollar (1941) dalam penelitian. Bandura bukan penyeledik pertama klinis untuk menerapkan stategi observasi untuk belajar, tulisan-tulisan sebelumnya secara signifikan telah mengalami kegagalan untuk dipraktekkan pada bidang psikoterapis.
Terdapat banyak cara bagi terapis yang berkala menggunakan metode untuk menampilkan suatu model yang ditampilkan dari suatu perilaku. Pada model yang dilakukan secara partisipan terapi membuat model dari perilaku-perilaku yang diinginkan. Terapis bila menggambarkan dengan bentuk kata-kata, klien biasanya menghadapi kesulitan dalam mengembangkan perilaku lanjutan dan perilaku yang diharpkan. Klien melakukan imitasi dari setiap perilaku setelah terapis memberikan model dari perilaku-perilaku yang diinginkan.
a)      Dasar Pemikiran
Terapis sukses dari pembelajaran pengamatan bergantung pada klien berfokus perhatian pada aspek yang relevan dan bersifat segera. Saat pengamat melihat atau mendengar dari model menerima konsekuensi perilaku yang dilakkan, individu mengalami secara pribadi pengamatan klien dapat diterima sebagai suatu peristiwa yang dialaminya sendiri. Pengalaman itu dapat berefek menguatkan atau menghukum. Diharapkan efek tersebut dapat terjadi menjadi sesuatu yang lebih tinggi, kondisioning klasikal yang mana perbandingan beberapa tanda sosial dengan reaksi emosiaonal yang positif atau negatif. Penampilan secara ekstensif sebagai tanda yang mungki mempengaruhi kekuatan dari penguatan secara perbagian (positif atau negatif) untuk pengamatan.
Pengaruh pengamatan bila sudah terjadi, ingatan mungkin menjadi latihan. Ingatan latihan dapat menjadi overt dan pengulangan. Kepastian dari pengulangan pemikiran dan gambaran yang jelas. Ingatan mesti sebagai seuatu hal, yang mempengaruhi modeling yang mengakibatkan kinerja yang jelas dari pengamat perilaku. Penampilan yang konsisten yang diperoleh dari pengamatan dapat berakibat penguatan pada pengamat.
Setidaknya terdapat delapan kategori dari pengaruh yang mana dihasilkan dari pengamatan imitasi yang merupakan perilaku sebelumnya, sebelum perilaku model ditampilkan. Perilaku itu sendiri dan konsekuensi atau minimnya konsekuensi yng segera setelah perilaku tertentu dilakkukan. Pertama, pengamat lingkungan sosial menghasilkan kejadian yang mana dapat mengubah kekuatan dari kepastian penguatan tertentu yang menimbulkan stimuli. Kedua, emosi yang dihubungkan dengan model, dimana individu dapat seolah mengalami sendiri reaksi-reaksi emosional dalam mengamati. Ketika reaksi-reaksi ini melibatkan emosi negatif seperti ketakutan efek itu dapat untuk menghalangi pengamatan untuk sejumlah perilaku yang telah diperagakan. Ketiga, komunkasi dari model untuk pengamat dapat mengalami sendiri kejadian yang diamatinya. Keempat, perilaku yang merupakan pola, pasti mungkin dapat diubah pola aksi dari pengamat. Kelima, model atau yang biasanya sebagai stimulus diskriminatif yang sederhana untuk perilakku yang baru saja amatan individu. Keenam, model yang menghasilkan perubahan dari pikiran pengamat (beberapa efek kognitif mungkin sulit efeknya untuk diidentifikasi). Ketujuh, konsekuensi yang diterima oleh model dapat menjadi pendorong untuk pengalaman sendiri atau hukuman yang menunjukkan perilaku terget dari pengamat. Kedelapan, apa yang diterima oleh model dapat berespon yang seolah memadamkan perilaku yang seolah dialami sendiri oleh pengamat.
b)     Penggunaan
Teknik belajar melalui pengamatan dapat diterapkan pada sebagian besar masalah-masalah yang dihadapi oleh psikoterapis yang praktik menggunakan terapi behavior. Kenyataannya, seperti sejumlah masalah yang muncul, ketika klien mendpatkan pengalamannya mula-mula dan belajar dari pengamatan pertamanya. Keseluruhan perilaku yang salah atau menyimpang telah menjadi contoh perilaku yang ada pada saat ini. Perilaku-perilaku salah atau menyimpang itu menjadi target perilaku, untuk strategi pengamatan yang dipelajari dan dilaporkan pada literatur yang dipublikasikan.
Pembelajaran pengamatan dan model yang menerapkan sebagai penglaman, perilaku yang aneh dalam menanggapi telepon, simulasi ketrampilan, simulasi ketrampilan mendengarkan, obsesif kompulsif, kelainan fungsi tubuh organis, keadaan tidak berdaya, ketrampilan, ketrampilan bahasa dengan orang-orang bersuara dan berwatah keras, ketrampilan-ketrampilan motorik, interaksi sosial, ketakutan menghadapi operasi, strategi pemecahan masalah ejakulasi prematur, bela diri, keterbukaan diri sendiri, penyingkapan diri, dan gaya yang berhubungan dengan orang lain.
c)      Prosedur, Variasi dan Contoh
Setiap materi harus diterapkan dalam setiap kejadian pada beberapa bagian prosedur digunakan, dibawah ini akan diuraikan sejumlah daftar yang berfungsi sebagai program perawatan. Banyak materi yang tercakup oleh suatu intervensi, makin besar perawatannya:
1.      Terapis perlu menentukan atau perlu merencanakan sejumlah perkiraan yang menjadi tanda tujuan untuk perawatan dan sistem nilainya yang digunakan.
2.      Terapis, model, atau narator harus jelas menyatakan perilaku yang bagaimana yang diinginkan atau diharapkan.
3.      Klien harus sedang dalam kondisi yang santai. Klien harus memahami tingginya tingkat kecemasan, pelatiha relaksasi sebelum memahami prosedur-prosedur model yang bisa sangat menolong. Pertolongan ini dalam bentuk memberi model saat menghadapi kecemasan yang dihadapi.
4.      Terapis perlu menyediakan suatu perintah atau suatu naskah naratif yang memusatkan perhatian klien pada aspek yang relevan yang sesuai dari model perilaku di lingkungan tersebut
5.      Model itu perlu menampilkan tindakan-tindakan yang jelas diinginkan dan menguraikan apa yang diharapkan untuk dilakukan, seperti konsekuensi yang perlu diantisipasi. Pada beberapa sesi pertemuan perlu peningkatan yang menggunakan tiga proses: a) tunjukan dan uraikan perilaku yang diinginkan; b) rincikan dengan jelas dan uraikan perilaku yang maladaptif; c) kembali lakukakan dan uraikan perilaku yang diinginkan.
6.      Klien yang melakukakan tindakan, segera ikuti urutan yang disajikan oleh klien tersebut. Terapis harus memberitahu pada klien gambaran kekurangan dan konsekuensi dari tindakan yang dilakukan.
7.      Terapis perlu mengintruksikan pada klien untuk mengulangi tahap 6 yang sesuai dengan model-model yang dilakukan oleh model peran.
8.      Terapis perlu menyusun latihan tindakan saat model peran hadir. Instruksi tersebut diberikan pada sajian kedua atau pada akhir sajian, sebagai evaluasi dari sajian pertama. Sajian model peran merupakan koreksi dari sajian pertama yang bisa disajikan oleh model peran atau oleh klien.
9.      Terapis dapat memiliki alasan untuk percaya bahwa klien memiliki kesulitan dalam meniru tindakan-tindakan yang dilakukan. Terapis dapat menyentuh bagian-bagian dari tubuh klien dan memandu klien agar bertindak sesuai harapan.
10.  Terapis dapat meminta pada klien untuk mempraktikkan perilaku yang diperagakan model peran saat model peran tidak hadir.
11.  Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh klien secara mandiri, harus segera diberitahukan kepada supervisi atau terapis.
12.  Bila dimungkinkan, terapis perilaku perlu menggunakan model peran yang bergengsi, agar klien lebih termotivasi.
13.  Bila dimungkinkan, terapis menggunakan model yang memiliki latar belakang penyakit atau penyimpangan yang dimiliki klien.
14.  Terapis perlu menyusun perawatan, sehingga klien dapat mengamati model peran.
15.  Terapis perlu menjalakan beberapa sesi-sesi model untuk mengarahakan tiap klien.
16.  Harus pasti dapat melakukan perilaku dasar yang diperagakan, guna memastikan klien melakukan hal yang sama dengan model peran.
17.  Klien yang menjadi lebih terampil atau dapat melakukan perilakunya dengan baik, terapis harus dapat menyesuaikan perilaku-perilaku yang diperagakan dengan tingkatan yang lebih sulit.
18.  Terapis perlu melatih klien untuk terlibat pengamatan pada dirinya sendiri dan menguatkan dirinya, agar klien dapat berangsur-angsur memiliki tanggung jawab untuk keberhasilan program perawatan dirinya.


DAFTAR PUSTAKA
Gantina, Eka w, & Karsih. 2011. Teori dan Tehnik Konseling. Jakarta : PT Indeks
http://www.sandiman.org/index.php/more-about-joomla/32-karya-tulis-seminar-jabfung/38-pengenalan-structural-equation-modeling

www.google.com

1 komentar: