Minggu, 09 Juni 2013

Prosedur Konseling dan Teknik Mendengarkan

PROSEDUR KONSELING dan TEKNIK MENDENGARKAN

A.    TAHAP PEMBINAAN HUBUNGAN
Banyak klien yang belum pernah mengunjungi konselor, sedangkan klien lain mungkin mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan dalam konseling. Klien semacam ini perlu suatu ilustrasi atau gambaran yang tepat tentang proses konseling supaya tidak terjadi salah pengertian atau dapat mengubah sikap mereka tentang konseling, sehingga tercipta hubungan baik antara konselor dengan klien.
1.         Membuat keputusan tentang structuring
Pada pokoknya structuring  adalah penggambaran tentang proses konseling. Struktur adalah kerangka kerja yang digunakan konselor dengan kliennya. Kerangka kerja ini diberitahukan kepada klien dengan cara berbicara secara singkat tentang empat aspek konseling, yaitu konselor merumuskan tentang tanggung jawab, tujuan,keterbatasan, dan fokus.
Sebelum konselor secara formal menggambarkan proses konseling ia dihadapkan dengan dua pertanyaan, yaitu “apakah struktur secara formal dibutuhkan?”d an “apakah saat ini merupakan saat yang tepat?”
Dibawah ini dijelaskan empat aspek yang merupakan bagian dari structuring, yaitu:
1)        Tanggung jawab
Pembimbing memberikan informasi kepada klien tentang tanggung jawab, misalny: “tugas saya sebagai pembimbing adalah mendengarkan dan mencoba mengerti bagaimana pikirandan perasaan Anda tentang sesuatu hal. Saya tidak akan mengambil keputusan, tetapi kita bersama-sama membicarakannya sampai Anda membuat keputusan sendiri dan akan membantu saya mengerti bagaimana pikiran dan perasaan Anda”.
2)        Tujuan
Tujuan konseling ialah membantu Anda mengatasi masalah yang mengganggu Anda atau hal-hal yang menarik minat Anda. Beberapa siswa inging membuat keputusan tentang apa yang akan dikerjakan setelah lulus. Siswa lain mungkin memerlukan bantuan tentang problem sekolah, dan problem tentang guru-guru. Beberapa yang lain dalam pergaulan seperti pergaulan antar teman, orang tua, atau majikan dalam pekerjaannya. Tujuan konseling adalah untuk membantu anda mengatasi problem anda”.
3)        Fokus
Agar konseling efektif, klien harus mengerti bahwa proses konseling akan berpusat pada satu masalah khusus dengan maksud memunculkan perubahan yang tampak dalam tingkah laku. Agar perubahan ada dalam tingkah laku, akan dibuat suatu tujuan khusus yang disetuju oleh pembimbing dan klien.  Contoh bagaimana pembimbing menyatakan fokus dalam konseling adalah sebagaiberikut: “Dalam konselling kita biasanya memusatkan pada terbentuknya suatu tujuan khusus atau target yang akan dicapai. Kita akan melaksanakan suatu tujuan khusus pada suatu waktu, tetapi kita akan melakukan beberapa tujuan khusus sebelum tugas kita bersama selesai.
4)        Keterbatasan
Seorang pembimbing menyatakan keterbatasan dari konseling dapat dengan menyatakan sebagai berikut: “Dalam konseling kita mempunyai beberapa keterbatasan kerja,pertama saya membatasi bantuan pada individu-ndividu yang mempunyai problem perkembngan dan akan melimpahkan mereka yang mempunyai problem penyesuaian yang berat kepada mereka yang ahli pada bidang itu. Kedua, anda secara sukarela datang kesinini dan kesinambungan/kesengajaan konseling anda betul-betul sifatnya sukarela. Ketiga, kita mempunyai keterbatasan dalam waktu. Saya bisanya mengadakan pertemuan dengan siswa sebanyak 3-4 kali, dan tiap-tiap pertemuan sekitar 30-45 menit. Tetapi saya dapat menemui anda lebih sering dari itu apabila diperlukan. Yang terakhir saya ingin menekankan bahwa hubungan kita sifatnya rahasia. Maksudnya segala informasi yang anda berikan kepada saya akan dijamin kerahasiaannya. Saya tidak akan memberitahukan kepada siapapun tanpa seizin anda. Apakah masih ada pertanyaan?
Hubungan harus didasarkan dalam: empathy, kewajaran, tidak menuntut, pengertian, acceptance, komunikasi dan kondisi-kondisi lain sebelum terjadi interaksi yang berkaitan dengan masalah klien. Proses structuring ini mungkin akan memakan waktu 5 menit. Setelah structuring, pembimbing harus beralih pada mengidentifikasi masalah klien. Pada setiap waktu, konselor membentuk dan memelihara suatu hubungan yang baik dengan klien.
B.     TAHAP PEMBAHASAN MASALAH
Sebelum memutuskan suatu tujuan atau hasil yang diharapkan dari konseling, konselor perlu mengerti masalah dan tekanan-tekanan yang dibawa klien ke situasi konseling. Klien didorong untuk mengadakan penjajagan tentang beberapa aspek dari kehidupan dan lingkungannya yang mungkin menjadi permasalahan. Adapun ketrampilan yang diperlukan dalam tahap ini adalah:
1)        Mengidentifikasi masalah
Kemampuan mengidentifikasi persoalan-persoalan klien yang penting. Konselor harus mampu untuk mendengarkan apa yang dikatakan klien dan yang mengganggu dirinya agar konselor dapat membantu klien dalam permasalahannya. Beberapa petunjuk dalam menentukan permasalahan klien yang penting adalah:
a.    Alasan yang diberikan klien untuk mencari bantuan konseling sering kali bukan alasan yang sebenarnya.
b.    Klien sering kali akan menyajikan sejumlah besar bahan-bahan pada permulaan konseling.
c.    Konselor jangan tergesa-gesa menanyakan klien agar daat menentukan pentingnya suatu topik. Misalnya: “Anda menginginkan saya membantu anda dalam kesulitan mencari pekerjaan, apakah demikian?”
d.   Konselor mungkin tertolong dengan membagi masalah yang penting ke dalam katagori-katagori. Misalnya: masalah pribadi, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain.
e.    Konselor hendaknya menentukan masalah klien yang penting dengan meneliti kesungguhan dan ketertiban emosional klien pada suatu topik. Keterlibatan emosional dapat ditunjukkan dengan:
1.      Pembicaraan berubah pada saat ia membicarakan suatu topik tertentu, penekanan suara, cepat lambatnya pembicaraan.
2.      Seringnya klien membicarakan suatu topik atau penolakan secara nyata terhadap suatu topik.
3.      Perubahan dalam ekspresi wajah, gerakan badan dan atau kontak mata.
2)        Memilih Masalah untuk Konseling
Pernyataan klien pada suatu saat dapat membentuk isi dan perasaan. Keduanya mungkin bermanfaat dalam membentuk klien untuk memusatkan pada masalahnya. Semuanya itu mungkin kurang penting bila dibandingkan dengan sikap-sikap perasaan yang dinyatakan oleh klien tentang isi dan apa maknanya baginya. Dengan menggunakan jenis respons pemantulan perasaan tidak hanya mengembalikan klien pada masalah yang telah terpilih, tetapi melibatkan dia secara lebih dalam tentang apa yang sedang dikatakan. Respons perasaan membantu untuk mendorong klien lebih jauh ke arah eksplorasi diri.
3)        Mingidentifikasikan Komponen-komponen Permasalahan
Terdapat tiga komponen pokok untuk mengidentifikasi kekhususan masalah klien, adalah komponen behavioral, temporal, dan situasi. Dalam hal ini konselor dapat memakai bentuk-bentuk pertanyaan apa, dimana, kapan, dan sebagainya.
a.    Komponen behavioral
Konselor hendaknya membantu klien menggambarkan tingkah lakunya dalam bentuk yang dapat diukur dan diamati. Misalnya: klien mengatakan “Saya merasa kurang senang”. Konselor mempunyai kesulitan untuk membentuk strategi dalam mengurangi rasa ketidaksenangan, teatpi jika klien mengatakan ketidaksenangan ini disebabkan tidak mampu memilih sekolah yang sesuai, konselor lebih mudah dalam melihat strategi apa yang akan dipakainya nanti. Selanjutnya konselor mengidentifikasi apa pengaruh ketidaksenangan ini dalam kehidupan klien. Misalnya, menyebabkan waktu belajar klien sangat berkurang karena memikirkan hal itu.
b.    Komponen tempo
Meliputi kapan hal itu terjadi. Berapa lama dan apakah ada urutannya. Misalnya jawaban klien: “Problem saya yang paling buruk terjadi sepanjang waktu, sudah lama sampai sekarang”.
c.    Komponen situasi
Dimana atau dalam kondisi apa permasalahan ini tampak jelas, klien mungkin mula-mula merespon dengan, “bila saya dengan anak-anak” atau “dimana saja”, tetapi setelah diteliti, kita tahu bahwa sebenarnya problem itu hanya terjadi di sekolah ketika seseorang mulai merokok. Bila konselor dan klien mampu menyatakan komponen behavioral, temporal dan situasional dari permasalahannya, mereka mempunyai dasar yang baik dan jelas untuk dilanjutkan dalam konseling.
4)        Membentuk situasi Baseline (Patokan) dari Permasalahan
Penelitian yang sesuai tentang masalah klien sehubungan dengan komponen-komponen tingkahlaku, situasi dan tempo serta frekuensi dan layanan tingkahlaku itu, merupakan salah satu alat ukur tentang keberhasilan kien dalam konseling. Ukuran ini disebut baseline atau patokan dan dapat dipaka sebagai suatu bahan perbanding dalam seluruh proses konseling untuk menunjukkan adanya kemajuan atau tidak.
5)        Mengidentifikasi Faktor Penguat Masalah
Penguat masalah dapat didefinisikan sebagai hal yang menyebabkan klien terlibat dalam masalah. Contoh faktor penguat masalah, tingkahlaku siswa yang mengganggu di dalam kelas tetapi dipertahankan (tidak mau mengubah) mungkin diperkuat oleh perhatian ekstra dari guru yang diberikan kepadanya.
6)        Mengadakan Pencocokan/Verivikasi Bentuk Persoalan dengan Klien
Langkah terakhir dalan pembahasan masalah klien adalah menguji/mengadakan kesesuaian konsep antara konselor dengan klien tentang gambaran masalah. Apakah penyimpangan konsepsi antara konselor dengan klien dalam memandang masalahnya. Konselor secara singkat dapat meninjau kembali, mencari kepastian tentang apa yang ia nyatakan:
a.       Apa permasalahannya
b.      Komponen tingkahlaku/behavioral
c.       Komponen tempo
d.      Komponen situasi
e.       Frekuensi dan lamannya
f.       Faktor penguat
C.    TAHAP PEMBENTUKAN TUJUAN DAN STRATEGI
1)      Menentukan apakah tujuan dapat dibentuk
Keputusan pertama yang dibuat oleh konselor dalam tahap ini adalah memutuskan apakan klien mau melibatkan dirinya untuk suatu tujuan dalam konseling.
2)      Membentuk tujuan konseling yang diinginkan
Konseling menggunakan beberapa macam cara untuk meminta klien memikirkan hasil konseling yang diinginkan. Satu cara sederhana adalah mengatakan: “Apakah yang anda ingin kerjakan bila kita selesai konseling?”
3)      Membicarakan perlunya tujuan dalam konseling
Usaha yang paling sesuai adalah dengan memberikan beberapa contoh tentang tujuan yang mungkin sesuai dengan persoalan klien. Makin dekat persoalan klien dengan contoh, makin cepat ia mengerti apa yang dimaksud oleh konselor. Konselor mempunyai 3 alternatif yaitu:
a.       Mencari alasan lain dan mencoba diskusi lagi. Konselor hendaknya waspada, karena klien pada tahap ini mungkin memojokkan konselor ke dalam diskusi yang panjang dan bukan pada tindakan.
b.      Mencari sumber bantuan lain yang buka pada tindakan
c.       Mengakhiri konseling.
Konselor tidak perlu melibatkan dirinya dalam suatu kesulitan dimana ia dan kliennya hanya mendiskusikan suatu problenm dan tidak pernah bertindak untuk mencari penyelesaian. Dalam kasus ini klien lebih senang mengeluh tentang problemnya daripada mencari kemungkinan penyelesaiannya. Bila hal ini trjadi, konselor harus menghentikan konseling. Kemungkinan dari terminasi ini kadang-kadang berfungsi sebagai motivasi bagi klien, dimana ia akan memilih mengadakan tindakan daripada ia menerima bantuan.
4)      Membentuk tujuan khusus
Suatu tujuan merupakan penjabaran dari tujuan umum. Penekanannya adalah pada masalah yang telah dikethui dan spesifikasi tingkahlaku yang did=inginkan sebagai hasil dari konseling. Menyatakan tujuan untuk konseling mempunyai manfaat ganda, yaitu memperlancar prosedur perencanaan untuk konseling dan membantu menilai hasil konseling. Berikut ini beberapa pernyataan tujuan yang spesifik dan menunjukkan perubahan nyata yang diinginkan oleh klien.
a.       Menambah jumlah pertemuan dengan teman
b.      Membuat tiga komentar yang positif tentang kemampuan dari masing-masing anggota keluarga sedikitnya selama satu minggu.
5)      Strategi
Dengan menggunakan tujuan khusus sebagai dasar konselor dan klien selanjutnya mulai membentuk strategi yang berfungsi sebagai jembatan antara tingkahlaku klien sekarang dan tingkahlaku yang diinginkan, proses untuk memperkancar perubahan inilah yang disebut strategi dan merupakan suatu rancangan yang komprehensif.
D.    TAHAP PENILAIAN DAN TINDAKLANJUT
Ada dua tujuan mengapa konseling harus dinilai?
1.      Menentukan kemampuan klien
2.      Memperbaiki ketrampilan/aktivitas konselor dalam menangani kasus dimasa yang akan datang.
Penilaian konseling dengan mengetahui perubahan tingkahlkau klien sehubungan dengan problemnya dapat ditempuh dengan beberapa cara, yaitu:
1.      Laporan dari klien sendiri baik secara lisan maupun tertulis
2.      Observasi konseling terhadap klien
3.      Laporan dari pihaklain yang mengetahui  dan bertanggungjawab terhadap klien.
Khusu penilaian yang dilakukan oleh konselor sendiri dalam menganalisis hasil konseing meliputi tiga tingkahlaku, yaitu konselor mencatat tingkahlaku klien, kemudian membandingkannya dengan tujuan konseling.
Didalam melaksanakan tindakan penilaian ada beberapa alternatif/kemungkinan yang dihadapi konselor sebagai tindak lanjut dari:
1.      Tujuan khusus tidak tercapai
2.      Tujuan khusus sudah tercapai
3.      Tujuan klien sudah tercapai tetapi klien tidak ingin untuk mengadakan konseling tentang permasalahan yang baru berbeda dari yang lain
4.      Tujuak klien sudah tercapai dan konselor serta klien tidak memerlukan knseling lebihlanjut.
E.     MENGAKHIRI KONTAK KONSELING
Menghentikan kontak konseling bukan berarti bahwa konselor tidak berbicara lagi dengan klien secara informal. Penjelasan tentang penghentian dilakukan dengan cara yang semetinya, tentu saja konselor menghindari adanya implikasi bahwa ia menolak klien. Beberapa klien terutama mereka yang telah mengembangkan hubbungan yang sangat erat, akan menunjukkan suatu keinginan untuk melanjutkan kontak konseling ketika konselor mengakhirinya. Keengganan mengakhiri konseling berasal dari perasaan ketergantungan klien terhadapp konselor. Disebabkan karena klien mengatakan bahwa ada masalah lain yang ingin dibicarakan tanpa mau menunjukkan kepentingan dari masalah itu.
Tugas konselor terakhir yang hendaknya juga diperhatikan adalah melakukan tranfer of learning. Dalam melakuka ini, konselor membicarakan dengan klien bagaimana klien dapat:
1.      Menerapkan tingkah laku yang ia pelajari dalam konseling dalam situasi lain dari masalah dalam hidupnya.
2.      Memperoleh penguatan/ reinforcement dari situasi atau orang lain dalam lingkungannya dengan menggunakan tingkah laku yang baru ini.
Transfer of learning merupakan tujuan sebenarnya dari proses konseling. Tujuan penilaian di samping untuk menentukan kemajuan klien juga untuk menilai efektivitas kerja knselor.
Adapun cara yang dapat ditempuh adalah:
1.      Balikan dari klien
Klien adalah individu yang paling dekat dengan konselor, dan yang merasakan langsung bentuan dari konselor selama konseling. Misalnya saja apakah klien merasa diterima dengan baik oleh konselor, apakah klien akan kembali lagi untuk problem lein dimasa yang akan datang, dan sebagainya.
2.      Menuntut pengalaman konselor sendiri
Hal ini dapat dilakukan terutama selama proses konseling. Misalnya, konselor dapat bertanya tentang apakan saya dapat berkomunikasi dengan baik? Apakah cara yang saya lakukan sudah efektif? Dan sebagainya.
3.      Balikan atau informasi

Balikan atau informasi dari kawan konselor, supervisor atau pendidik pembimbing. Informasi ini disampaikan kepada konselor setelah konseling berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar